PERAN AKUPUNKTUR PADA PREMATURE OVARIAN FAILURE
Premature ovarian failure (POF) atau seringkali juga disebut sebagai premature ovarian insufficiency (POI) adalah penurunan fungsi ovarium sebelum usia 40 tahun. Ovarium merupakan organ reproduksi perempuan yang memegang peranan penting pada produksi hormon yang mempengaruhi siklus menstruasi dan perkembangan sel telur, sehingga ketika fungsi ovarium menurun akan didapatkan gangguan pada menstruasi dan kesuburan.1 Tercatat dari 25% pasien dengan POF yang masih mengalami ovulasi, hanya 5-10% yang dapat mengalami pembuahan.2
Risiko terjadinya POF sebelum usia 40 tahun ini adalah sebesar 1% dan angka kejadiannya meningkat sesuai dengan usia yaitu 1:10.000 pada usia 18-25 tahun, 1:1000 pada usia 25-30 tahun, dan 1:100 pada usia 35-40 tahun. POF terjadi pada pasien dengan keluarga yang memiliki riwayat penyakit yang sama, yaitu sebesar 15% yang menandakan bahwa penyakit ini berkaitan dengan kelainan genetik.1
POF dapat disebabkan oleh kelainan genetik, autoimunitas, faktor iatrogenik (pada kemoterapi atau terapi radiasi), infeksi virus, maupun toksin. Walaupun sayangnya pada kebanyakan pasien dengan POF, penyebab penyakit tidak diketahui (idiopatik).3,4
POF ditandai oleh menurunnya frekuensi menstruasi (amenorea/tidak menstruasi maupun oligomenorea/jarang menstruasi) selama minimal 4 bulan, peningkatan kadar hormon follicle-stimulating hormone (FSH) di atas 40 IU/L pada pemeriksaan laboratorium, dan penurunan estrogen.3,4 Kurangnya estrogen muncul sebagai gejala hot flash (rasa panas mendadak di wajah, leher, dan dada bagian atas), keringat berlebih, berkurangnya libido, rasa lemas, serta keringnya kulit dan membran mukosa (mulut, vagina), sampai kepada berkurangnya massa tulang (osteoporosis). Penurunan estrogen dalam jangka panjang juga berkaitan dengan penyakit jantung dan pembuluh darah.5
Berbagai pilihan terapi tersedia dalam manajemen POF tergantung dari penyebab yang mendasarinya. Pada penyakit Celiac, diet tanpa gluten dapat mengembalikan fungsi ovarium. Kortikosteroid dan terapi imunoglobulin pada penyakit autoimun juga memberikan hasil yang positif. Pada kasus POF yang tidak diketahui penyebabnya, penanganan menggunakan terapi hormonal. Akan tetapi, penggunaan terapi hormonal jangka panjang dapat menyebabkan berbagai efek samping, di antaranya adalah tekanan darah tinggi, penyumbatan pembuluh darah, stroke, dan penyakit jantung.5,6
Akupunktur adalah salah satu pilihan terapi dengan cara menusukkan jarum pada titik tertentu pada tubuh. Pada sebuah kasus yang dilaporkan oleh Yaqian dkk, seorang perempuan yang didiagnosis mengalami POF selama 2 tahun dengan infertilitas dan berbagai gejala seperti mudah lelah, hot flash, keringat malam, serta penurunan libido; dan telah mendapat terapi hormonal dan herbal. Setelah 2 tahun tersebut, pasien mendapatkan terapi akupunktur. Dalam 1 bulan, gejala hot flash, keringat malam, kelelahan telah menghilang dan bahkan kualitas tidur terasa meningkat. Setelah 3 bulan, pasien mengalami menstruasi regular tanpa obat hormon dan herbal. Kemudian dari hasil laboratorium, kadar hormon pasien mulai kembali normal dan pada USG ditemukan sel folikel. Pasien pada akhirnya mengalami kehamilan alamiah dan melahirkan bayi yang sehat.7
Pada penelitian oleh Chen dkk terhadap 31 pasien POF menggunakan akupunktur, setelah 3 bulan didapatkan penurunan kadar luteinizing hormone (LH) dan FSH serta peningkatan kadar estrogen yang signifikan dibandingkan sebelum dilakukan akupunktur. Perbaikan gejala dan kecemasan yang timbul akibat POF juga ditemukan setelah terapi akupunktur. Pasien juga mengalami perbaikan dalam siklus menstruasinya. Efek samping yang timbul pada penelitian ini hanya efek samping ringan yaitu 1 orang mengalami lebam ringan dan 1 orang mengalami nyeri pada lokasi penusukan.8
Pada analisis dan tinjauan sistematik yang dilakukan oleh Wang dkk terhadap penelitian-penelitian yang membandingkan akupunktur dengan terapi hormonal, didapatkan hasil bahwa akupunktur memiliki tingkat efektivitas terapi yang lebih tinggi daripada terapi hormonal, serta dapat menurunkan kadar hormon FSH dan meningkatkan kadar estrogen lebih baik secara signifikan dibandingkan terapi hormonal saja.9
Jadi, terapi akupunktur satu sampai tiga kali per minggu selama 3 bulan dapat mengurangi gejala-gejala yang ditimbulkan oleh ketidakseimbangan hormon pada POF dengan cara menurunkan kadar LH dan FSH serta meningkatkan kadar estrogen sehingga memperbaiki siklus menstruasi dan meningkatkan kemungkinan kehamilan alamiah, tanpa efek samping yang serius.7,8,9
Daftar Pustaka :
- Rudnicka E, Kruszewska J, Klicka K, Kowalczyk J, Grymowicz M, Skorska J, et al. Premature ovarian insufficiency – aetiopathology, epidemiology, and diagnostic evaluation. Menopause Rev. 2018;17:105-8.
- Chon SJ, Umair Z, Yoon MS. Premature ovarian insufficiency: past, present, and future. Front Cell Dev Biol. 2021;9:672890.
- Franca MM, Mendonca BB. Genetics of primary ovarian insufficiency in the next-generation sequencing era. J Endocr Soc. 2020;4:1-16.
- Laven JSE. Primary ovarian insufficiency. Semin Reprod Med. 2016;34:230-4.
- Jankowska K. Premature ovarian failure. Menopause Rev. 2017;16:51-6.
- Sullivan SD, Sarrel PM, Nelson LM. Hormone replacement therapy in young women with primary ovarian insufficiency and early menopause. Fertil Steril. 2016;106:1588-99.
- Yaqian Y, Huanfang X, Jie S, Huisheng Y, Yigong F. Successful spontaneous pregnancy with acupuncture after premature ovarian failure. World J Acupunct Moxibustion. 2018;28:137-40.
- Chen Y, Fang Y, Yang J, Wang F, Wang Y, Yang L. Effect of acupuncture on premature ovarian failure: a pilot study. Evid Based Complement Alternat Med. 2014; 2014:718675.
- Wang S, Wan X, Zhao J, Mao X, La X. Comparative effectiveness of acupuncture and HRT interventions for premature ovarian failure: a bayesian meta-analysis. Int J Clin Exp Med. 2017;10:15040-50.