Peran Akupunktur pada Speech Delay
Keterlambatan bicara umum terjadi pada anak-anak, memengaruhi sekitar 15 hingga 19% anak usia 2 hingga 4,5 tahun. Meskipun banyak kasus teratasi dengan sendirinya, keterlambatan yang berkelanjutan dapat berdampak buruk pada proses belajar, perkembangan sosial, dan keberhasilan akademis di masa depan. Identifikasi dan penanganan dini keterlambatan ini sangat penting untuk mendukung perkembangan bicara anak. (1)
Agar dapat mengetahui kapan seorang anak terlambat bicara, kita perlu mengenal tahapan perkembangan bicara normal terlebih dahulu. Pada usia 0-6 bulan bayi hanya bisa menangis dan kemudian mulai membuat suara-suara seperti “uuh” atau “aah” yang dikenal dengan istilah cooing dan kemudian babbling yaitu mengoceh suku kata tunggal seperti dadada, bababa. Pada usia 6-12 bulan bayi mulai mengerti nama-nama orang dan benda, mulai memiliki intonasi dan mengucapkan kata sederhana tanpa arti. Anak usia 12-18 bulan sudah dapat mengucapkan 3-6 kata tanpa arti serta dapat menggangguk dan menggelengkan kepala untuk menjawab pertanyaan. Menginjak 12-24 bulan anak mengalami “ledakan bahasa” dimana hampir seitap hari ia meiliki kosakata baru serta dapat membuat kalimat yang terdiri dari 2 kata. Kemudian ketika anak berusia 2-3 tahun, hampir semua kata yang ia ucapkan dapat dimengerti oleh orang lain dan anak sudah bisa membuat kalimat yang terdiri dari 3 kata. Pada usia 3-5 tahun anak semakin tertarik untuk mendengarkan cerita dan mendengarkan percakapan disekitarnya. Dapat menyebutkan nama, umur, serta menggunakan kalimat yang lebih panjang.(2)
Gangguan kemampuan berbicara dan interaksi sosial merupakan gejala paling umum pada anak-anak dengan gangguan spektrum autisme (ASD).(3) Anak dengan ASD mungkin tidak bisa berkomunikasi menggunakan ucapan atau bahasa dan mengalami masalah dengan makna dan ritme dari kata-kata maupun kalimat.(4)
Prevalensi keterlambatan bicara di Indonesia dilaporkan sebesar 5%-8% di antara anak- anak usia 2 hingga 4,5 tahun pada tahun 2006. Persentase ini lebih rendah dibandingkan dua dekade sebelumnya, yang berada di angka 3%-10%. Di Indonesia, Rumah Sakit Dr. Kariadi di Semarang pada tahun 2007 menemukan 100 anak dengan keterlambatan bicara dari 436 anak yang diuji. Data dari Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo menunjukkan bahwa 10,13% dari 1125 kunjungan anak pada tahun 2006 terdiagnosis mengalami keterlambatan bicara.(5)
Faktor risiko yang terkait dengan keterlambatan bicara termasuk jenis kelamin laki-laki, status sosial ekonomi rendah, tingkat pendidikan orang tua yang rendah, paparan lingkungan yang terbatas, dan riwayat keluarga yang positif terhadap keterlambatan bicara.(1) Selain itu, keterlambatan bicara dapat disebabkan oleh gangguan pendengaran, masalah pada otak (seperti retardasi mental atau gangguan bahasa spesifik baik reseptif maupun ekspresif), autisme, atau gangguan pada organ mulut yang membuat anak kesulitan dalam melafalkan kata-kata (dikenal sebagai gangguan artikulasi). Untuk menentukan penyebab keterlambatan bicara, diperlukan pemeriksaan yang menyeluruh oleh Dokter.(2)
Untuk mengatasi gangguan berbicara dibutuhkan peran orang tua dan pendekatan multidisiplin. Akupunktur dapat menjadi salah satu pilihan terapi dalam mengatasi keterlambatan bicara atau yang juga dikenal dengan speech delay. Akupunktur adalah terapi dengan melakukan perangsangan pada titik akupunktur ditubuh. Perangsangan dapat dilakukan dengan berbagai modalitas seperti jarum piliformis, laser, elektroakupunktur, dan lain-lain.
Disfungsi dari sistem neuron cermin (MNS) diyakini terkait dengan kemampuan komunikasi, interaksi sosial, dan regulasi emosi pada autisme. MNS terdapat di area frontal inferior, yaitu area Broca yang berkaitan erat dengan kemampuan berbicara. Akupunktur berfungsi sebagai metode intervensi yang ideal untuk berinteraksi dengan mekanisme MSN tersebut melalui titik-titik akupunktur yang sesuai.(6)
Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa tingkat hormon tertentu dan aliran darah ke otak meningkat dengan terapi akupunktur (meningkatkan kecepatan aliran darah ke otak), sehingga efektif dalam mengatasi keterlambatan bicara atau speech delay. Penelitian oleh Surapaty dan rekan menunjukan peningkatan kemampuan bicara pada kelompok yang menerima intervensi berupa akupunktur laser.(3) Penelitian lainnya oleh Allam dan rekan, suatu uji coba terkontrol acak menunjukan peningkatan signifikan dalam keterampilan bahasa ekpresif sebelum dan sesudah terapi pada kelompok intervensi yang menerima terapi akupunktur kulit kepala sebagai terapi pendamping dari terapi wicara konvensional.(7)
Sebagai kesimpulan, keterlambatan bicara pada anak merupakan masalah yang memerlukan perhatian serius, karena dapat berdampak pada perkembangan sosial, akademis, dan emosional anak di masa depan. Dengan memahami tahapan perkembangan bicara yang normal, serta faktor-faktor risiko yang dapat memengaruhi perkembangan tersebut, orang tua dan tenaga medis dapat lebih cepat mengenali tanda-tanda keterlambatan bicara dan mengambil langkah- langkah intervensi yang tepat. Akupunktur, sebagai salah satu terapi alternatif, menunjukkan potensi dalam membantu mengatasi keterlambatan bicara dan dapat juga dikombinasikan dengan terapi wicara konvensional. Melalui pendekatan multidisiplin yang melibatkan dokter, tenaga kesehatan, dan orang tua, diharapkan anak-anak dengan keterlambatan bicara dapat teratasi dan mencapai perkembangan yang optimal.
REFERENSI
- Frelinger C, Gardner RM, Huffman LC, Whitgob EE, Feldman HM, Bannett Y. Detection of Speech-Language Delay in the Primary Care Setting: An Electronic Health Record Investigation. Journal of Developmental and Behavioral Pediatrics. 2023 Apr 1;44(3):E196–203.
- Amanda Soebadi (Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI – RSCM). https://www.idai.or.id/artikel/klinik/keluhan-anak/keterlambatan-bicara. 2024. Keterlambatan Bicara.
- Surapaty IA, Simadibrata C, Rejeki ES, Mangunatmadja I. Laser Acupuncture Effects on Speech and Social Interaction in Patients with Autism Spectrum Disorder. Med Acupunct. 2020 Oct 1;32(5):300–9.
- Kasari C, Brady N, Lord C, Tager-Flusberg H. Assessing the minimally verbal school- aged child with autism spectrum disorder. Vol. 6, Autism Research. 2013. p. 479–93.
- Tan S, Mangunatmadja I, Wiguna T. Risk factors for delayed speech in children aged 1-2 years. Paediatrica Indonesiana(Paediatrica Indonesiana). 2019 Mar 1;59(2):55–62.
- Xiong Chen W, Liu G, Sheng Liu H, Huang ZF, Zeng SH. Acupuncture for Non-Verbal Autistic Children: A Small Case Series. Neuropsychiatry. 2017;07(05).
- Allam H, Eldine NG, Helmy G. Scalp acupuncture effect on language development in children with autism: A pilot study. Journal of Alternative and Complementary Medicine. 2008 Mar 1;14(2):109–14.