Acupuncture Therapy in Post-Radiation Head-and-Neck Cancer with Dysgeusia
ABSTRACT
Background: Radiation therapy for head-and-neck cancer can cause side-effects, including pain, nausea, vomiting, sensory disorders such as anosmia and dysgeusia, dysphagia, xerostomia, hot flashes, fatigue, sleep disorders, and even anxiety and depression disorders. Therapies using acupuncture are now being adopted at cancer therapy centers. Acupuncture has been clinically proven to reduce the side-effects of cancer therapies, thus, resulting in better quality of life.
Case: A 65-year-old man was diagnosed with stage I laryngeal squamous-cell carcinoma (SCC), and had missing taste and pain on swallowing (visual analogue scale [VAS]: 4) after undergoing 30 sessions of radiation therapy for head-and-neck cancer with a total radiation dose of 60 Gy. He received acupuncture at: body points (LI 4 Hegu, LR 3 Taichong, ST 36 Zusanli, SP 6 Sanyinjiao, and ST 40 Fenglong); the Battlefield Acupuncture points of the ear (Cingulate Gyrus, Thalamus, Zero Point, Shen Men, and Omega 2); and on the wrist area (according to a balance method). Acupuncture therapy was given 2 times a week, for 45-minute sessions. Results: After 12 acupuncture sessions, he had improvement in taste function and pain reduction from VAS 4 to VAS 1. This improvement likely occurred due to acupuncture’s anti-inflammatory effects through anti- inflammatory mediator secretion, an antipain effect through ß-endorphin secretion, and nerve-cell regeneration through neurotropic factors’ secretion.
Conclusions: Routine acupuncture therapy can reduce dysgeusia and pain in postradiated patients with head- and-neck cancer. Acupuncture can be a therapeutic choice for patients with post-radiation head-and-neck cancer toxicity.
Keywords: acupuncture, dysgeusia, radiation therapy, head-and-neck cancer
Terapi Akupunktur pada Kanker Kepala dan Leher Pasca-Radiasi dengan Disgeusia
ABSTRAK
Latar Belakang : Terapi radiasi untuk kanker kepala dan leher dapat menyebabkan efek samping berupa nyeri, mual, muntah, gangguan sensoris seperti anosmia dan disgeusia, disfagia, xerostomia, hot flashes, kelelahan, gangguan tidur, dan bahkan gangguan kecemasan dan depresi. Terapi menggunakan akupunktur saat ini telah diadopsi di pusat terapi kanker. Akupunktur telah terbukti secara klinis dapat mengurangi efek samping terapi kanker, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup.
Kasus : Seorang pria berusia 65 tahun didiagnosis menderita karsinoma sel skuamosa laring (squamous-cell carcinoma, SCC) stadium 1 dan mengalami hilangnya pengecapan dan nyeri saat menelan (visual analogue scale [VAS]: 4) setelah menjalani 30 sesi terapi radiasi untuk kanker kepala dan leher dengan total dosis radiasi 60 Gy. Pasien menerima akupunktur pada: titik tubuh (LI4 Hegu, LR3 Taichong, ST36 Zusanli, SP6 Sanyinjiao, dan ST40 Fenglong); titik akupunktur Battlefield pada telinga (Cingulate Gyrus, Thalamus, Zero Point, Shen Men, dan Omega 2); dan pada area pergelangan tangan (sesuai dengan metode balance). Akupunktur terapi diberikan 2 kaii seminggu, selama 45 menit setiap sesi.
Hasil : Setelah 12 sesi akupunktur, pasien mengalami perbaikan pada fungsi pengecapan dan pengurangan nyeri dari VAS 4 menjadi VAS 1. Perbaikan ini kemungkinan terjadi karena efek antiinflamasi akupunktur melalui sekresi mediator antiinflamasi, efek antinyeri melalui sekresi β-endorfin, dan regenerasi sel saraf melalui sekresi faktor neurotropik.
Kesimpulan : Terapi akupunktur rutin dapat mengurangi disgeusia dan nyeri pada pasien kanker kepala dan leher pasca-radiasi. Akupunktur dapat menjadi pilihan terapi untuk pasien dengan toksisitas pasca-radiasi kanker kepala dan leher.
Kata kunci: akupunktur, disgeusia, terapi radiasi, kanker kepala dan leher