Artikel Kesehatan

Peran Akupunktur dalam Induksi Persalinan

Sumber: https://www.babymed.com/labor-delivery/labor-induction

Peningkatan jumlah induksi persalinan adalah fenomena di seluruh dunia dalam manajemen persalinan di mana sekitar 1 dari setiap 4 kehamilan menjalani induksi persalinan.1 Alasan umum dilakukannya induksi persalinan antara lain kehamilan post-term, ketuban pecah dini, dan pertimbangan lainnya terkait kesehatan ibu atau bayi, seperti preeklampsia atau pertumbuhan bayi yang buruk.2,3

Meningkatnya prevalensi tindakan induksi persalinan di masa kini dapat dikaitkan dengan berbagai faktor. Studi populasi menunjukkan bahwa masalah ibu dan janin meningkat setelah usia kehamilan 39 minggu, tanpa memandang faktor risiko. Pedoman National Institute for Health and Care Excellence tahun 2021 mengusulkan untuk menginduksi persalinan di atas usia kehamilan 41+0 minggu karena meningkatnya risiko kelahiran caesar, morbiditas dan mortalitas perinatal.3,4

Beberapa studi kohort telah meneliti manfaat induksi persalinan setelah 40 minggu pada kelompok yang memiliki risiko kematian janin yang signifikan sebelum minggu ke-41. Wanita berusia di atas 40 tahun dan hamil dengan BMI 30 atau lebih memiliki risiko yang lebih tinggi. Wanita berusia di atas 40 tahun memiliki risiko tiga kali lipat lebih tinggi mengalami kematian janin setelah 41 minggu dibandingkan mereka yang berusia di bawah 35 tahun. Menginduksi persalinan setelah minggu ke-40 pada ibu hamil tampaknya merupakan teknik yang efektif untuk mencegah morbiditas dan mortalitas perinatal serta tingkat persalinan operatif.3,5,6

Badan Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan pengalaman intrapartum yang positif dan memenuhi harapan ibu. Hal ini didasarkan pada keyakinan bahwa wanita lebih memilih pengalaman melahirkan secara fisiologis untuk merasakan pencapaian dan kontrol dalam hidupnya. Induksi persalinan dapat memiliki efek samping yang signifikan. Prostaglandin intraserviks/vagina dan/atau infus oksitosin digunakan untuk menginduksi persalinan secara farmakologis, dengan risiko pada janin dan ibu. Secara khusus, infus oksitosin meningkatkan tingkat persalinan operatif, sementara itu pemberian prostaglandin vagina meningkatkan risiko aktivitas uterus yang berlebihan yang terkait dengan gawat janin tanpa mengubah kemungkinan operasi caesar dan persalinan operatif. Oleh karena itu, banyak wanita mempertimbangkan metode komplementer untuk melahirkan.2,7,8

Pada tahun 1979, WHO mengakui keefektifan dan keamanan akupunktur dan mengeluarkan daftar lengkap gangguan yang dapat ditalaksana dengan akupunktur, termasuk induksi persalinan. Dalam 10 tahun terakhir, metode induksi persalinan nonfarmakologis, termasuk akupunktur, telah mendapat perhatian, juga dengan mempertimbangkan bahwa wanita ingin menghindari intervensi medis atau bedah saat melahirkan. Akupunktur merupakan tindakan yang aman dengan efek samping minimal seperti ketidaknyamanan, hematoma, atau perdarahan minor di tempat penusukan.3,8,9

Dari sebuah uji klinis yang dilakukan oleh Neri dkk. tahun 2010 didapatkah hasil bahwa akupunktur efektif dalam mengurangi tingkat induksi persalinan yang dilakukan untuk kehamilan post-term yaitu pada usia kehamilan 41+5 minggu. Selain itu, penelitian tersebut menemukan bahwa wanita yang menerima akupunktur membutuhkan tingkat infus oksitosin yang lebih rendah. Stimulasi akupunktur dapat mengaktifkan proses biokimia yang mengoptimalkan kontraktilitas rahim.8

Smith dkk. dalam tinjauan sistmatik dan meta-analisisnya tahun 2017 menyebutkan bahwa elektroakupunktur dapat meningkatkan pematangan serviks dalam waktu 24 jam, yang dinilai dengan Skor Bishop. Dalam analisis subgrup yang dilakukan, elektroakupunktur tampaknya menurunkan angka persalinan Caesar, menurunkan tingkat kelahiran pervaginam dengan instrumen dan meningkatkan angka persalinan spontan dibandingkan perawatan standar.2

Tinjauan sistematik dan meta-analisis terbaru yang ditulis oleh Zamora-Brito dkk. tahun 2024 menunjukkan bahwa akupunktur dapat berperan dalam mengurangi kebutuhan induksi persalinan, terutama dengan mendorong terjadinya persalinan spontan. Tidak adanya perbedaan dalam hal waktu dari terapi akupunktur hingga persalinan dan tingkat persalinan Caesar, menunjukkan bahwa akupunktur dapat bermanfaat untuk mengurangi kebutuhan induksi persalinan. Ada variasi yang signifikan dalam titik akupunktur yang digunakan tetapi yang paling sering digunakan antara lain SP6, LI4, ST36, BL32, dan LR3. Dalam sebagian besar penelitian, inisiasi terapi akupunktur dimulai pada usia kehamilan 41 minggu ataupun saat ibu mengalami ketuban pecah dini. Modalitas yang paling sering digunakan adalah akupunktur manual, sedangkan modalitas lain yang dapat digunakan adalah akupresur dan elektroakupunktur.3

Meskipun mekanisme kerja akupunktur dalam kasus persalinan belum sepenuhnya dipahami, penelitian awal menunjukkan bahwa penusukan jarum akupunktur dapat merangsang uterus dan membantu pematangan serviks sehingga memicu kontraksi. Hal ini juga membantu regulasi hormon, seperti prostaglandin dan oksitosin, yang terlibat dalam inisiasi dan regulasi induksi persalinan. Selain itu, akupunktur dapat membantu meringankan ketidaknyamanan, mengurangi kecemasan, dan meningkatkan kondisi optimal untuk persalinan alami. Studi biokimia menunjukkan bahwa akupunktur merangsang pelepasan oksitosin pusat dan aktivitas uterus parasimpatis, meningkatkan kontraktilitas.8

Penelitian mengenai akupunktur untuk menginduksi persalinan masih terbatas. Diharapkan kedepannya akan ada banyak penelitian lebih lanjut untuk semakin membuktikan kepastian efektivitasnya. Namun demikian, dapat disimpulkan akupunktur dapat dipertimbangkan sebagai terapi tambahan pada perawatan persalinan ibu dan bermanfaat dalam mengurangi tingkat induksi persalinan dengan efek samping yang minimal.

Referensi

  1. Wheeler V, Hoffman A, Bybel M. Cervical Ripening and Induction of Labor. Am Fam Physician. 2022 Feb 1;105(2):177–86.
  2. Smith CA, Armour M, Dahlen HG. Acupuncture or acupressure for induction of labour. Cochrane Database Syst Rev. 2017 Oct 17;10(10):CD002962.
  3. Zamora-Brito M, Fernández-Jané C, Pérez-Guervós R, Solans-Oliva R, Arranz-Betegón A, Palacio M. The role of acupuncture in the present approach to labor induction: a systematic review and meta-analysis. Am J Obstet Gynecol MFM. 2024 Feb;6(2):101272.
  4. National Institute for Health and Care Excellence. Inducing labour NICE guideline [Internet]. 2021 Nov. Available from: www.nice.org.uk/guidance/ng207
  5. World Health Organization. Regional Office for Europe. WHO European Regional Obesity : Report 2022.
  6. Pregnancy at Age 35 Years or Older: ACOG Obstetric Care Consensus No. 11. Obstetrics and gynecology. 2022 Aug 1;140(2):348–66.
  7. World Health Organization. WHO recommendations: intrapartum care for a positive childbirth experience. Geneva: World Health Organization; 2018. 200 p.
  8. Neri I, Pignatti L, Fontanesi F, Facchinetti F. Acupuncture in Postdate Pregnancy Management. J Acupunct Meridian Stud. 2018 Oct;11(5):332–6.
  9. Bland J, Viedma C, Davies P, Thapalyal L. Acupuncture [full issue]. World Health. 1979 Dec;2–30.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Upcoming Events