Peran Akupunktur pada Skiatika
Nyeri punggung bawah merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama, dengan prevalensi yang tinggi dan merupakan beban kesehatan yang terus meningkat. Nyeri punggung bawah merupakan alasan kedua terbanyak untuk mengunjungi dokter pada kondisi kronis, dan merupakan penyebab umum kelima terbanyak untuk rawat inap, serta alasan terbanyak ketiga untuk prosedur bedah tulang belakang. Dalam banyak kasus nyeri punggung bawah dikaitkan dengan sciatica dan nyeri radikular.1
Skiatika sendiri merupakan sindrom rasa nyeri yang parah, yang menjalar dari bagian punggung bawah (akar saraf L4-S3) dilanjutkan ke pinggul, sisi belakang paha, betis, sisi luar kaki dan jari kaki.2,3 Rasa nyeri dapat disertai dengan spasme punggung bawah, kehilangan sensasi, bahkan pengecilan otot di kaki pada kasus kronis.2
Skiatika memiliki beberapa karakteristik epidemiologi, seperti: tidak adanya dominasi gender, insiden puncak terjadi pada dekade keempat, insiden yang dapat terjadi seumur hidup dilaporkan antara 10%-40%, insiden tahunan 1-5%, tidak berhubungan dengan tinggi badan (kecuali pada kelompok usia 50-60 tahun), jarang terjadi sebelum usia 20 tahun (kecuali sekunder akibat trauma), aktivitas fisik meningkatkan insiden pada pasien dengan gejala skiatik sebelumnya dan menurun pada mereka yang tidak memiliki gejala sebelumnya. Predisposisi pada pekerja operator mesin, pengemudi truk, serta pekerjaan dimana secara fisik pekerja menunduk dalam posisi yang tidak benar.4 Di RS Cipto Mangunkusumo Jakarta pada tahun 2019-2021 terdapat 308 kasus rawat jalan dan 11 kasus rawat inap akibat skiatika.
Gangguan tulang belakang menyumbang sekitar 85% dari semua kasus skiatika. Terdapat 3 gangguan tulang belakang utama, yaitu: (1) herniasi diskus (30–60 tahun), (2) osteoarthritis dengan pertumbuhan tulang yang berlebihan (>60th), (3) displacement of a vertebra, spondylolisthesis (<30 tahun), dan sisa 15% memiliki banyak penyebab. Nyeri persisten yang terjadi setelah fase akut dialami lebih dari sepertiga pasien yang menyebabkan keterbatasan aktivitas dan pengurangan produktivitas.2,5
Kriteria yang digunakan untuk menegakkan diagnosis skiatika, antara lain: memiliki rasa sakit yang menjalar dan terdistribusi pada daerah saraf siatik, nyeri pada penekanan di batang saraf, saraf clunial tengah, fossa poplitea, saraf peroneal dan pergelangan kaki, pemeriksaan tanda Lasegue, tanda Kernig dan tanda Bonnet positif, adanya gerakan abnormal, sensasi dan refleksi pada area yang dipersarafi oleh saraf skiatik dan sentakan Achilles berkurang atau hilang, penyempitan celah intervertebral L4-5.3
Secara klinis, akupunktur sangat efektif untuk meredakan nyeri. Mekanisme kerja akupunktur pada sciatica, yaitu akupunktur dapat membuat otak dan sumsum tulang belakang melepaskan K+, Ca++, serotonindanpeptida opioid, yang dapat mengubah komposisi neurotransmiter sehingga dapat memblokir transmisi rasa sakit (efek analgesik). Penggunaan moxa (terapi akupunktur pemanasan) mampu melebarkan kapiler, meningkatkan mikrosirkulasi, mempercepat sirkulasi darah dan cairan limfatik, meningkatkan resorpsi, transfer dan ekskresi eksudat inflamasi dengan zat algogenik sehingga dapat memperkuat efek analgesik dari akupunktur.3
Dalam sebuah studi uji acak terkontrol oleh Huang Z dkk pada tahun 2019 yang dilakukan pada 46 pasien usia 18-75 tahun yang menderita sciatica setidaknya 12 minggu yang membandingkan terapi manual akupunktur dengan akupunktur sham pada titik akupunktur BL25 Dachangshu, BL23 Shenshu, BL40 Weizhong, dan BL57 Chengshan. Hasil yang didapatkan dari studi ini yaitu bahwa akupunktur memiliki efek jangka pendek yang lebih baik dalam mengurangi nyeri dibandingkan akupunktur sham.5
Referensi
1. Laroche F, Perrot S. Managing sciatica and radicular pain in primary care practice. Managing Sciatica and Radicular Pain in Primary Care Practice. Springer; 2013.
2. Baloh RW. Sciatica and Chronic Pain. Sciatica and Chronic Pain. Cham: Springer International Publishing; 2019.
3. Chen MR, Wang P, Cheng G, Guo X, Wei GW, Cheng XH. The warming acupuncture for treatment of sciatica in 30 cases. J Tradit Chinese Med Med = Chung i tsa chih ying wen pan. 2009;29(1):50–3.
4. Davis D, Maini K, Vasudevan A. Sciatica. 2022; Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK507908/
5. Huang Z, Liu S, Zhou J, Yao Q, Liu Z. Efficacy and Safety of Acupuncture for Chronic Discogenic Sciatica, a Randomized Controlled Sham Acupuncture Trial. Pain Med (United States). 2019;20(11):2303–10.