Artikel Kesehatan

Peran Akupunktur pada Ulkus Diabetikum

Sumber gambar : alomedika.com

Ulkus diabetikum merupakan kondisi pada penderita Diabetes Mellitus yang disebabkan abnormalitas syaraf dan terganggunya pembuluh darah arteri yang berada di perifer sehingga menyebabkan infeksi dan destruksi jaringan di kulit. Lokasi tersering terjadinya ulkus ini adalah pada bagian kaki. Antara 0,03% dan 1,5% pasien dengan ulkus diabetikum pada kaki memerlukan amputasi. Ini dapat mengganggu kualitas hidup pasien dan mempengaruhi partisipasi sosial dan mata pencaharian.1 Dibandingkan dengan penderita non diabetes, tindakan untuk amputasi adalah sekitar 30 sampai 40 kali lebih tinggi pada pasien dengan Diabetes Mellitus tipe 2. Tingkat kematian dalam waktu lima tahun setelah amputasi diperkirakan 39% -68%. 2

Di Indonesia prevalensi  penderita ulkus diabetikum sebanyak 15%, angka amputasi 30%. Angka kematian pada 1 tahun pasca amputasi sebesar 14,8%. Hal ini berdasarkan data Riskesdas (2018) bahwa penambahan jumlah penderita ulkus diabetikum di Indonesia terlihat dari kenaikan prevelensi  yaitu sebanyak 11%. 3

International Working Group on Diabetic Foot (IWGDF) telah menyimpulkan bahwa neuropati (kerusakan saraf perifer) dan angiopati (gangguan pembuluh darah perifer) sebagai faktor risiko utama untuk terjadinya ulkus diabetikum yang terjadi pada kaki (Diabetic Foot). Di Barat, neuropati ditentukan oleh faktor demografi, sedangkan perkembangan dari diabetic foot terutama terkait dengan trauma, neuropati dan deformitas. Namun, sebagian besar penelitian hanya berfokus pada neuropati atau angiopati. 4 Neuropati secara umum ada tiga, motorik, sensorik dan autonomik. Dalam fase akhir neuropati akan berimplikasi pada perubahan bentuk kaki (deformitas), terbentuknya “kapalan” atau callus yang bila diabaikan akan berkembang menjadi luka kaki diabetik. Adapun angiopati, menyebabkan gangguan suplai aliran darah ke kaki. Iskemik pada kaki berujung pada kematian seluler (necrotic) yang secara umum berujung pada terbentuknya gangrene (kematian jaringan). 5Indonesian translation. 

Perawatan efektif untuk infeksi kaki diabetik memerlukan terapi antibiotik yang tepat, drainase bedah, debridement dan reseksi jaringan mati, koreksi kelainan metabolisme dan, perawatan luka yang tepat. 6 Selain terapi tersebut, akupunktur juga bisa digunakan sebagai pilihan terapi untuk ulkus diabetikum ini dengan berbagai pilihan modalitas seperti manual akupunktur, laserpunktur dan farmakopunktur.

Penelitian yang hasilnya bermakna dilakukan oleh Wang, et al. pada tahun 2018 dengan intervensi berupa injeksi obat konvensional/mecobalamin pada titik akupunktur berefek menurunkan viskositas aliran darah ke jaringan saraf sehingga memperbaiki kecepatan penghantaran saraf di jaringan. Ini disebabkan karena rangsangan pada titik akupunktur tersebut berfungsi untuk memperbaiki aliran darah di otak, serta menurunkan aktivitas saraf simpatis dan tekanan pembuluh darah arteri.7 Penelitian lainnya dilakukan pula oleh Srilestari A, et al, di tahun 2017, dimana dilakukan terapi laserpunktur yang dikombinasikan dengan perawatan luka konvensional di beberapa titik akupunktur dan area sekitar ulkus. Pada penelitian ini didapatkan hasil yang baik berupa penurunan ukuran luas dari ulkus diabetikum. Tindakan laserpunktur pada titik-titik tersebut bertujuan menghasilkan beberapa reseptor seperti reseptor opioid μ dan δ, GABA-ergic, cholinergic, dan 5-HT3 serotonegic pada sistem saraf pusat yang berfungsi mempercepat proses penyembuhan luka. 8

Dengan begitu, akupunktur bisa dijadikan sebagai salah satu terapi tambahan untuk pasien dengan ulkus diabetikum.

Daftar Pustaka

1.Mishra, Satish Chandra; Chhatbar, Kunal C; Kashikar, Aditi; Mehndiratta, Abha (2017). Diabetic foot. BMJ, j5064–. doi:10.1136/bmj.j5064

2.Volmer-Thole M, Lobmann R. Neuropathy and Diabetic Foot Syndrome. Int J Mol Sci. 2016 Jun 10;17(6):917. doi: 10.3390/ijms17060917. PMID: 27294922; PMCID: PMC4926450.a

3.https://www.google.com/searchq=prevalensi+ulkus+diabetik+di+indonesia&rlz=1C1NDCM_enID937ID937&oq=prevalensi+ulkus+diabetikum+&aqs=chrome.1.69i57j0i22i30l3.8124j0j15&sourceid=chrome&ie=UTF-8

4.Yusuf, S. , Okuwa, M. , Irwan, M. , Rassa, S. , Laitung, B. , Thalib, A. , Kasim, S. , Sanada, H. , Nakatani, T. and Sugama, J. (2016) Prevalence and Risk Factor of Diabetic Foot Ulcers in a Regional Hospital, Eastern Indonesia. Open Journal of Nursing, 6, 1-10. doi: 10.4236/ojn.2016.61001.

5.Lepantalo M, et al. Diabetic foot. European Journal of Vascular and Endovascular Surgery. 2011;42(52):S60-S74

6.Mazen S. Bader. Diabetic foot infection.  Memorial University of Newfoundland School of Medicine, St. John’s, Newfoundland, Canada. Am Fam Physician. 2008 Jul 1;78(1):71-79.

7.Wang LQ, Chen Z, Zhang K, Liang N, Yang GY, Lai L, Liu JP. Zusanli (ST36) Acupoint Injection for Diabetic Peripheral Neuropathy: A Systematic Review of Randomized Controlled Trials. J Altern Complement Med. 2018 Dec;24(12):1138-1149. doi: 10.1089/acm.2018.0053. Epub 2018 Sep 26. PMID: 30431314; PMCID: PMC6987730.

8.Srilestari A, Nareswari I, Simadibrata C, Tarigan TJ. Effectiveness of combined laser-puncture and conventional wound care to accelerate diabetic foot ulcer healing. Med J Indones [Internet]. 2017May16 [cited 2021Nov.17];26(1):26-4. Available from: https://mji.ui.ac.id/journal/index.php/mji/article/view/1401                                                                  

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Upcoming Events