dr. Rianty Lais Manna & Dr. dr. Wahyuningsih Djaali, M.Biomed., Sp.Ak.

Ileus pascaoperasi (POI) merupakan salah satu komplikasi yang paling sering terjadi pada operasi saluran cerna. Sekitar 24% pasien yang menjalani prosedur pengangkatan usus besar (kolektomi) akan mengalami komplikasi ini. POI adalah gangguan pergerakan saluran cerna yang ditandai dengan perut kembung, nyeri, sulit atau keterlambatan buang angin maupun buang air besar, mual, muntah, dan ketidakmampuan untuk mencerna makanan melalui mulut. POI juga merupakan faktor risiko untuk angka komplikasi berat seperti dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit dan sepsis. Kondisi-kondisi ini tidak hanya menurunkan kualitas hidup pasien tetapi juga menyebabkan rawat inap yang lebih lama, peningkatan biaya rumah sakit dan kekambuhan penyakit. Akibatnya, POI memberikan beban keuangan dan sumber daya medis yang substansial pada sistem layanan kesehatan. Biaya tahunan untuk manajemen POI di AS telah mencapai USD 1,5 miliar.1 Survei terbaru menunjukkan biaya rawat inap setiap pasien ileus pasca operasi meningkat sebesar 66,3%.2
POI merupakan kondisi fisiologis usus sebagai respons terhadap tindakan pembedahan. Hal ini akan disebut patologis jika terjadi lebih dari 3 hari dengan minimal terdapat 2 dari 5 gejala, termasuk mual dan muntah; ketidakmampuan untuk mentoleransi diet padat atau semi cair selama 24 jam; tidak ada gas atau feses selama 24 jam; terdapat distensi abdomen dan bukti radiologis terdapat ileus. POI juga dapat didefinisikan sebagai suatu kondisi di mana tidak ada motilitas usus setelah 3 hari pascaoperasi laparoskopi, atau setelah 5 hari pascaoperasi laparotomi. Kondisi ini dapat menyebabkan nyeri, mual, muntah, peningkatan waktu transisi makanan di usus, dan penyembuhan luka yang buruk.3 Penanganan POI meliputi puasa, pemasangan selang nasogastrik, mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit, dan ambulasi. Penelitian menyebutkan bahwa pemberian nutrisi baik dari makanan maupun infus dapat menjadi pilihan. Akan tetapi pada pasien dengan kanker lambung, pemberian nutrisi melalui makanan dapat meningkatkan tingkat kebocoran usus dan pemberian nutrisi melalui infus tidak dapat ditoleransi pasca operasi. Penggunaan obat prokinetik untuk penanganan POI masih kontroversial. Saat ini belum ada cara efektif untuk mempercepat pemulihan pergerakan usus.4
Terdapat beberapa penelitian yang dilakukan untuk menentukan faktor risiko ileus pascaoperasi. Lokasi dan jenis operasi ditemukan berhubungan dengan ileus pascaoperasi. Faktor signifikan lain yang berhubungan dengan ileus pascaoperasi adalah usia, jenis kelamin, lokasi tumor, komorbiditas (koagulopati dan penyakit paru obstruktif kronik intraoperatif), transfusi darah dan infus cairan intraoperatif, jenis anestesi dan analgesik, serta komplikasi pascaoperasi dan riwayat operasi sebelumnya.3
Luka saluran cerna akibat pembedahan menyebabkan kerusakan pada saraf, peradangan dan gangguan elektrolit. Hal ini menyebabkan penundaan dalam pengerakan saluran cerna yang akhirnya mengakibatkan POI. Akupunktur dapat secara langsung meningkatkan pergerakan usus untuk memulihkan waktu transit makanan pada usus melalui jalur eferen parasimpatis. Faktor utama yang bertanggung jawab atas gangguan berkepanjangan saluran usus yang terkait dengan POI adalah peradangan usus. Studi terbaru oleh Yang dkk. menunjukkan bahwa elektroakupunktur dapat meredakan inflamasi/peradangan usus pada POI. Selain itu, beberapa molekul yang terlibat dalam inflamasi, seperti nitric oxide (NO), memiliki efek langsung pada kontraktilitas usus. Deng dkk. menemukan bahwa akupunktur dapat meningkatkan pergerakkan usus pascaoperasi dengan memfasilitasi pemulihan sel pada usus. Mekanisme potensial ini dapat menggambarkan temuan bahwa akupunktur mendorong pemulihan fungsi usus pascaoperasi dan mengurangi POI.1
Tinjauan sistematis menunjukkan bahwa akupunktur memiliki efek tertentu dalam mempercepat waktu pertama kali buang angin, waktu pertama kali BAB, waktu munculnya bising usus, dan lama pasien dirawat di rumah sakit dibandingkan dengan perawatan biasa. Akupunktur dapat dianggap sebagai intervensi yang cukup efektif dalam penanganan POI setelah operasi saluran cerna.1, 2 Suatu studi meta-analisis menunjukkan bahwa, metode ERAS (Enhanced Recovery After Surgery) dapat secara signifikan mengurangi kejadian komplikasi pascaoperasi kolorektal dan telah banyak digunakan pada periode pascaoperasi. Studi ini membandingkan bahwa efek akupunktur yang dikombinasikan dengan ERAS dapat secara signifikan mengurangi waktu buang air besar pertama, dibandingkan dengan ERAS saja. Selain itu, pemilihan titik akupunktur yang paling sering digunakan adalah ST36, ST37, ST25, dan PC6.5 Sebagai kesimpulan, akupunktur dapat menjadi pilihan terapi adjuvan pada pasien dengan berbagai keluhan akibat POI.
Daftar Pustaka
- Ye Z, Wei X, Feng S, Gu Ǫ, Li J, Kuai L, et Effectiveness and safety of acupuncture for postoperative ileus following gastrointestinal surgery: A systematic review and meta-analysis. Vol. 17, PLoS ONE. Public Library of Science; 2022.
- Yuan L, Ǫuan SJ, Li XY, Huang YB, Li YǪ, Zheng Effectiveness of electroacupuncture on postoperative ileus prevention after abdominal surgery: A systematic review and trial sequential analysis of randomized controlled trials. Vol. 39, Journal of Gastroenterology and Hepatology (Australia). John Wiley and Sons Inc; 2024. p. 2060–8.
- Sueta MAD, Golden N, Prawira Risk Factors for Post-operative Ileus: A Retrospective Study in Tertiary Referral Hospital in Indonesia. Open Access Maced J Med Sci. 2022 Feb 15;10(B):1148–52.
- Chen KB, Lu YǪ, Chen JD, Shi DK, Huang ZH, Zheng YX, et Transcutaneous electroacupuncture alleviates postoperative ileus after gastrectomy: A randomized clinical trial. World J Gastrointest Surg. 2018;10(2):13.
- Zhao X, Si S, Liu X, Liu J, Zhang D, Mu Y, et Does invasive acupuncture improve postoperative ileus after colorectal cancer surgery? A systematic review and meta-analysis. Vol. 10, Frontiers in Medicine. Frontiers Media SA; 2023.