Peran Akupunktur sebagai Terapi Paliatif Kanker
Kanker atau tumor ganas merupakan kondisi yang dapat menyerang bagian tubuh manapun, ditandai dengan pembentukan sel abnormal yang cepat yang tumbuh melampaui batas normal. Kondisi ini kemudian dapat menyerang bagian tubuh yang berdekatan dan menyebar ke organ lain, yang dikenal sebagai metastasis. Menurut World Health Organization (WHO), kanker merupakan penyebab kematian nomor dua di dunia.1 Di Indonesia, prevalensi tumor/kanker menunjukkan adanya peningkatan dari 1,4 per 1000 penduduk di tahun 2013 menjadi 1,79 per 1000 penduduk pada tahun 2018.2
Setiap jenis kanker memerlukan rejimen terapi tertentu. Kerjasama multidisiplin kedokteran diperlukan dalam penanganan kanker yang meliputi pembedahan, radioterapi, dan/atau terapi sistemik (kemoterapi, perawatan hormonal, terapi biologis yang ditargetkan). Berbagai efek samping dapat timbul baik diakibatkan oleh kanker itu sendiri, maupun dari pengobatan kanker.3 Akupunktur merupakan salah satu terapi yang sudah diintegrasikan WHO ke dalam sistem pelayanan kesehatan. Peran akupunktur pada kanker adalah sebagai terapi paliatif guna meringankan gejala dan meningkatkan kualitas hidup. Akupunktur dilaporkan efektif mengatasi berbagai gejala yang timbul akibat terapi kanker.4
Nyeri merupakan salah satu gejala yang paling sering menyertai kanker, yang sangat mempengaruhi aktivitas sehari-hari, fungsi sosial, kualitas tidur dan fungsi kognitif. Sebuah tinjauan sistematis oleh Yang, dkk pada tahun 2021 melaporkan bahwa akupunktur terbukti aman dan memberikan efek positif dalam manajemen paliatif nyeri kanker.5 Akupunktur juga terbukti efektif untuk manajemen cancer related fatigue (CRF) atau kelelahan, terutama bagi pasien yang menjalani pengobatan anti kanker.6
Selain itu, akupunktur juga terbukti dapat meringankan gejala mual muntah yang diakibatkan oleh kemoterapi. Pada pasien kanker kepala dan leher yang menjalani kemoradiasi, kerusakan kelenjar ludah sering dilaporkan. Kerusakan kelenjar ludah menyebabkan berkurangnya sekresi air liur yang mengakibatkan mulut kering, bibir pecah-pecah, sensasi terbakar pada lidah dan nyeri. Sebuah studi melaporkan akupunktur dapat mengurangi gejala, meningkatkan pH air liur dan meningkatkan kualitas hidup pasien.3
Daftar Pustaka
1. Guerra-Martín MD, Tejedor-Bueno MS, Correa-Casado M. Effectiveness of Complementary Therapies in Cancer Patients: A Systematic Review. Public Health [Internet]. 2021;18:1017. Available from: https://doi.org/10.3390/ijerph
2. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian RI. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). 2018.
3. Djaali W, Viventius Y, editors. Buku Pedoman Tata Laksana Akupunktur pada Kasus Kanker di Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Jakarta: UI Publishing; 2021.
4. Mihardja H. Peranan Akupunktur dalam Bidang Kanker. Indonesian Journal of Cancer. 2008;1:24–6.
5. Yang J, Wahner-Roedler DL, Zhou X, Johnson LA, Do A, Pachman DR, et al. Acupuncture for palliative cancer pain management: Systematic review. Vol. 11, BMJ Supportive and Palliative Care. BMJ Publishing Group; 2021. p. 264–70.
6. Zhang Y, Lin L, Li H, Hu Y, Tian L. Effects of acupuncture on cancer-related fatigue: a meta-analysis. Vol. 26, Supportive Care in Cancer. Springer Verlag; 2018. p. 415–25.