Kelelahan akibat kanker (Cancer-Related Fatigue) adalah perasaan kelelahan fisik, emosional, dan mental yang terus-menerus yang tidak dapat diatasi dengan istirahat atau tidur. Tidak seperti kelelahan normal, CRF bisa lebih intens dan berlangsung lama, sehingga sering kali mengganggu aktivitas sehari-hari seperti bekerja, interaksi sosial, dan perawatan diri. Pasien kanker umumnya merasakan kelelahan terus menerus, kesulitan berkonsentrasi, emosi tidak stabil, dan kurangnya motivasi.1
CRF memengaruhi sebagian besar pasien kanker. Studi menunjukkan bahwa sekitar 30-60% pasien mengalami kelelahan sedang hingga berat selama pengobatan tergantung pada jenis kanker dan pengobatan yang diterima. Kelelahan dapat dimulai sebelum pengobatan dimulai dan dapat berlanjut selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun setelah pengobatan berakhir.2
CRF merupakan kondisi kelelahan yang kompleks dan disebabkan oleh banyak faktor. Salah satu penyebab utamanya adalah pelepasan sitokin proinflamasi akibat kanker dan pengobatannya, yang dapat menyebabkan inflamasi sistemik. Inflamasi ini dapar mengganggu proses seluler normal, sehingga menyebabkan kelelahan fisik dan mental. Selain itu, pengobatan kanker seperti kemoterapi, terapi radiasi, dan imunoterapi dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan sehat, yang menyebabkan anemia, penyusutan otot, dan perubahan metabolisme yang semakin memperburuk kelelahan. Disregulasi aksis hipotalamus-hipofisis-adrenal (HPA) juga berperan dalam CRF, karena memengaruhi kadar hormon stres dan ritme sirkadian, yang berpotensi menyebabkan gangguan tidur dan stres. Faktor lain yang berkontribusi termasuk rasa nyeri, tekanan emosional (seperti kecemasan atau depresi), kekurangan nutrisi, dan penurunan kondisi tubuh karena berkurangnya aktivitas fisik. Faktor-faktor ini menciptakan lingkaran setan yang akan membuat kelelahan memburuk dari waktu ke waktu jika tidak ditangani.3
Penanganan CRF memerlukan pendekatan menyeluruh yang disesuaikan dengan kebutuhan pasien. Salah satu strategi yang paling efektif adalah konservasi energi dengan cara mengatur intensitas aktivitas, memprioritaskan tugas-tugas penting, dan menjadwalkan waktu istirahat untuk mencegah kelelahan.1 Aktivitas fisik adalah komponen kunci lainnya, dengan latihan ringan seperti berjalan kaki atau yoga yang terbukti dapat meningkatkan stamina dan mengurangi kelelahan. Dukungan psikososial juga sangat penting; cognitive behavioural therapy (CBT) dapat membantu pasien mengelola stres emosional yang berkontribusi terhadap kelelahan. Selain itu, mengatasi masalah medis yang mendasari seperti nyeri, anemia, gangguan tidur, atau kekurangan nutrisi dapat secara signifikan mengurangi gejala kelelahan. Dalam beberapa kasus, intervensi farmakologis seperti psikostimulan dapat dipertimbangkan setelah mengesampingkan penyebab kelelahan lainnya. Salah satu terapi non-farmakologis yang disarankan adalah akupunktur.3
Akupunktur dapat menjadi pilihan terapi dalam mengurangi CRF. Hal ini sudah dibuktikan melalui beberapa penelitian. Sebuah meta-analisis yang melibatkan lebih dari 1.300 peserta menemukan bahwa akupunktur secara signifikan mengurangi tingkat kelelahan dibandingkan dengan akupunktur sham atau terapi standar. Pada meta-analisis yang lainnya juga didapatkan bahwa pasien yang mendapatkan terapi akupunktur mengalami penurunan tingkat kelelahan. Hasil ini didapatkan pada beberapa jenis kanker seperti kanker payudara dan kanker paru.4 Akupunktur dapat membantu mengatur respons inflamasi tubuh, karena CRF adalah akibat dari peningkatan kadar sitokin pro-inflamasi seperti interleukin-6 (IL-6) dan interleukin-1 (IL-1). Selain itu, akupunktur diyakini dapat mempengaruhi sistem saraf pusat dengan mendorong pelepasan neurotransmiter seperti serotonin dan endorfin, yang dapat meningkatkan suasana hati dan tingkat energi, sehingga membantu meringankan aspek mental dan emosional CRF.5
Kondisi pasien kanker yang seringkali kompleks karena banyaknya penyakit penyerta dan banyaknya jumlah obat yang diminum dapat menjadi pertimbangan untuk memberikan terapi non-farmakologis pada pasien. Akupunktur dapat menjadi pilihan terapi yang tepat untuk mengurangi gejala kelelahan berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
- Horneber M, Fischer I, Dimeo F, Rüffer JU, Weis J. Tumor-assoziierte Fatigue: Epidemiologie, pathogenese, diagnostik und therapie. Dtsch Arztebl Int. 2012 Feb 3;109(9):161–72.
- Bower JE. Cancer-related fatigue–mechanisms, risk factors, and treatments. Vol. 11, Nature reviews. Clinical oncology. 2014. p. 597–609.
- Berger AM, Mooney K, Alvarez-Perez A, Breitbart WS, Carpenter KM, Cella D, et al. Cancer-Related Fatigue, Version 2.2015: Clinical Practice Guidelines in Oncology.
- Jang A, Brown C, Lamoury G, Morgia M, Boyle F, Marr I, et al. The Effects of Acupuncture on Cancer-Related Fatigue: Updated Systematic Review and Meta-Analysis. Integr Cancer Ther. 2020 Jan 30;19.
- Zhang Y, Lin L, Li H, Hu Y, Tian L. Effects of acupuncture on cancer-related fatigue: a meta-analysis. Supportive Care in Cancer. 2018 Feb 11;26(2):415–25.