dr. Christopher, dr. Christina L. Simadibrata, M.Kes, Sp.Ak, SubSp.Ak-AA(K)
Fibromyalgia merupakan kondisi kronis yang menyebabkan rasa sakit, kekakuan, dan nyeri pada otot, tendon, dan persendian. Hal ini juga ditandai dengan tidur gelisah, kelelahan, kecemasan, depresi, dan gangguan fungsi usus. Etiologi fibromyalgia masih belum diketahui, tetapi kemajuan dan penemuan baru-baru ini telah membantu mengungkap beberapa misteri penyakit ini. Fibromyalgia berkaitan dengan proses modulasi nyeri di otak. Pada beberapa kasus, pasien menjadi sangat sensitif dengan nyeri. Hal ini kadang juga bisa dikaitkan dengan problem psikologis pasien. Perubahan utama yang diamati pada fibromyalgia adalah disfungsi pada neurotransmisi monoamin, yang menyebabkan peningkatan kadar neurotransmitter eksitatorik, seperti glutamat dan substansi-P, serta penurunan kadar serotonin dan norepinefrin di sumsum tulang belakang pada tingkat jalur desendens anti-nosiseptif. Anomali lain yang diamati adalah disregulasi dopamin dan perubahan aktivitas opioid serebral endogen. Secara keseluruhan, fenomena ini tampaknya menjelaskan patofisiologi sentral dari fibromyalgia.1,2
Penilaian Fibromyalgia didasarkan pada kriteria klasifikasi fibromyalgia oleh American College of Rheumatology (ACR). Kriteria ini melibatkan: 1) Riwayat nyeri yang meluas telah hadir setidaknya selama tiga bulan. 2) Nyeri di kedua sisi tubuh, nyeri di atas dan di bawah pinggang. 3) Nyeri dianggap tersebar luas ketika terdapat pada semua hal berikut: nyeri didapatkan pada 11 dari 18 titik nyeri pada palpasi (kedua sisi tubuh): Oksiput (2), Cervical bawah (2), Trapezius (2), Supraspinatus (2), Tulang rusuk kedua (2), Epikondilus lateral (2), Gluteal (2), Trochanter besar (2), Lutut (2). Titik nyeri hanya menyakitkan di area di mana tekanan (cukup untuk menyebabkan dasar kuku pemeriksa pucat, atau sekitar 4 kg) diterapkan, dan tidak ada nyeri rujukan. Instrumen yang dikenal sebagai dolorimeter dapat digunakan untuk memberikan tekanan tepat 4 kg pada titik-titik nyeri selama pemeriksaan.1
Manajemen fibromialgia saat ini sangat sulit karena memiliki banyak faktor etiologis dan kecenderungan psikologis. Namun, pendekatan yang berpusat pada pasien sangat penting untuk menangani masalah ini. Obat-obatan memiliki peran terbatas dalam pengobatan fibromyalgia untuk membatasi gejala. Ada berbagai obat pereda nyeri yang berguna dalam pengelolaan fibromyalgia. Paracetamol, NSAID telah digunakan tetapi rasa sakit biasanya tidak meresponsnya. Selain analgesik, ada obat-obatan yang digunakan seperti antidepresan, anti kejang, agonis dopamin dan hormon pertumbuhan. Biasanya pasien dapat berpartisipasi dalam modalitas non-farmakologis yang memberikan manajemen penyakit jangka panjang seperti olahraga, perilaku, dan pendidikan. Terapi non-farmakologis yang dapat digunakan, antara lain; chiropractic, mind/body intervention, hydroteraphy/balneoteraphy, phytoteraphy, homeopati, dan akupunktur.2,3
Akupunktur adalah salah satu terapi dengan memasukkan jarum tipis dan padat ke titik-titik akupunktur tertentu di tubuh dan melalui berbagai metode manipulasi, dapat memberikan manfaat terapeutik. Selain menggunakan jarum, tindakan akupunktur dapat memakai modalitas lain seperti laser (laserpunktur), ultrasound (sonopunktur), listrik (elektroakupunktur), thermal (moksibusi), tanam benang, jari atau benda tumpul (akupresur), dan farmakopunktur. Seiring dengan kemajuan studi tentang terapi akupunktur, banyak penelitian telah mengusulkan kemungkinan mekanisme kerja yang dapat menjelaskan efek analgesik akupunktur. Mekanisme kerja analgesia akupunktur melibatkan jalur modulasi nyeri dari sistem saraf pusat dan mengatur berbagai senyawa biokimia. Teori ini menunjukkan bahwa penempatan dan manipulasi jarum akupunktur merangsang serabut saraf di kulit dan otot (yaitu, aferen A-delta, serat C), menghantarkan sinyal ke sumsum tulang belakang. Selanjutnya akan mengaktifkan area di sumsum tulang belakang, area abu-abu periaqueductal batang otak, dan nukleus arkuat hipotalamus, yang semuanya merupakan sistem modulasi nyeri endogen dalam tubuh. Pada akhirnya, mekanisme opioid endogen dirangsang, menyebabkan pelepasan senyawa pengolong nyeri seperti beta-endorfin, enkephalin, serotonin, noradrenalin, dan lainnya ke dalam plasma dan cairan serebrospinal, memberikan bantuan analgesik melalui penghambatan sensasi rangsangan yang menyakitkan dan mengurangi persepsi nyeri sentral.4
Pada penelitian Diaz-Toral dkk didapatkan bahwa terapi elektroakupunktur menunjukkan perbaikan yang signifikan (P < 0,05) dalam rasa sakit, kelelahan, kelelahan pagi hari, kekakuan, kecemasan, dan depresi pada skor Kuesioner Dampak Fibromyalgia; dan fungsi fisik, peran fisik, nyeri tubuh, kesehatan umum, dan skor vitalitas pada Kuesioner Survei Kesehatan Formulir Singkat 36. Pada penelitian Valera-Calero dkk menunjukan bahwa akupunktur dan teknik dry needling mengurangi rasa sakit, kecemasan, depresi, kelelahan, kekakuan, kualitas tidur dan kualitas hidup. Namun, kedua teknik tidak dibandingkan dalam penelitian apapun. Akupunktur dan teknik dry needling tampaknya efektif pada pasien dengan fibromialgia, karena keduanya mengurangi ambang tekanan nyeri, kecemasan, depresi, kelelahan, gangguan tidur dan kecacatan dalam jangka pendek. Pada penelitian Zhang dkk melalui meta-analisis dari 12 randomized control trial (RCT) didapatkan bahwa akupunktur secara signifikan lebih baik daripada akupunktur sham untuk mengurangi kesakitan dan meningkatkan kualitas hidup dalam jangka pendek. Pada tindak lanjut dalam jangka panjang, efek akupunktur juga lebih unggul daripada akupunktur sham. Tidak ada efek samping serius yang ditemukan selama akupunktur. Jadi terapi akupunktur dapat dipertimbangkan sebagai pengobatan yang efektif dan aman untuk pasien dengan fibromyalgia, dan oleh karena itu akupunktur dapat direkomendasikan untuk tatalaksana fibromyalgia.5,6,7
Daftar Pustaka:
- Jahan F, Nanji K, Qidwai W, Qasim R. Fibromyalgia syndrome: an overview of pathophysiology, diagnosis and management. Oman Med J. 2012 May;27(3):192-5. doi: 10.5001/omj.2012.44.
- Siracusa R, Paola RD, Cuzzocrea S, Impellizzeri D. Fibromyalgia: Pathogenesis, Mechanisms, Diagnosis and Treatment Options Update. Int J Mol Sci. 2021 Apr 9;22(8):3891. doi: 10.3390/ijms22083891.
- Lauche R, Cramer H, Häuser W, Dobos G, Langhorst J. A Systematic Overview of Reviews for Complementary and Alternative Therapies in the Treatment of the Fibromyalgia Syndrome. Evid Based Complement Alternat Med. 2015;2015:610615. doi: 10.1155/2015/610615. Epub 2015 Jul 13.
- Berger AA, Liu Y, Nguyen J, Spraggins R, Reed DS, Lee C, Hasoon J, Kaye AD. Efficacy of acupuncture in the treatment of fibromyalgia. Orthop Rev (Pavia). 2021 Jun 22;13(2):25085. doi: 10.52965/001c.25085. PMID: 34745475; PMCID: PMC8567806.
- Díaz-Toral LG, Banderas-Dorantes TR, Rivas-Vilchis JF. Impact of Electroacupuncture Treatment on Quality of Life and Heart Rate Variability in Fibromyalgia Patients. J Evid Based Complementary Altern Med. 2017 Apr;22(2):216-222. doi: 10.1177/2156587215626615.
- Zhang XC, Chen H, Xu WT, Song YY, Gu YH, Ni GX. Acupuncture therapy for fibromyalgia: a systematic review and meta-analysis of randomized controlled trials. J Pain Res. 2019 Jan 30;12:527-542. doi: 10.2147/JPR.S186227.
- Valera-Calero JA, Fernández-de-Las-Peñas C, Navarro-Santana MJ, Plaza-Manzano G. Efficacy of Dry Needling and Acupuncture in Patients with Fibromyalgia: A Systematic Review and Meta-Analysis. Int J Environ Res Public Health. 2022 Aug 11;19(16):9904. doi: 10.3390/ijerph19169904.