Akupunktur untuk Overactive Bladder
Overactive bladder (OAB) atau lebih dikenal dengan sebutan “beser” merupakan suatu kondisi dimana terjadi keinginan untuk buang air kecil secara tiba tiba. OAB ditandai dengan urgensi atau desakan untuk berkemih, yang dapat disertai dengan atau tanpa inkontinensia urin (ngompol), dan biasanya terjadi peningkatan frekuensi buang air kecil pada siang maupun malam hari. OAB dapat ditegakkan jika infeksi ataupun penyakit lain telah disingkirkan.1,2 OAB dapat menyebabkan gangguan tidur, kecemasan, depresi, penurunan aktivitas fisik, interaksi sosial, dan penurunan aktivitas seksual, sehingga dapat berpengaruh pada kualitas hidup pasien.3 OAB lebih banyak dialami pada wanita dan angka kejadian meningkat seiring dengan usia.4
Pengobatan farmakologis untuk OAB adalah golongan antikolinergik (juga disebut antimuskarinik) yang bekerja pada neuromuscular junction reseptor kolinergik-muskarinik dan menghasilkan penghambatan kompetitif dari sistem parasimpatis, dan menyebabkan kontraksi otot detrusor. Namun pengobatan OAB dikatakan masih kurang efektif dan memiliki efek samping seperti mulut kering dan konstipasi, sehingga kepatuhan minum obat menjadi buruk dan dapat terjadi penghentian pengobatan.5
Akupunktur medik merupakan suatu metode pengobatan dengan menusukkan jarum di titik akupunktur pada permukaan kulit untuk mengobati suatu penyakit dan mengembalikan homeostasis tubuh. Akupunktur medik adalah cabang ilmu kedokteran sesuai dengan prinsip Biomedik, Uji Klinis Ilmiah, dan Evidence Based Medicine dalam teori dan praktek klinisnya.6 Adapun akupresur adalah memberikan penekanan pada titik-titik akupunktur dengan menggunakan tangan, siku, atau benda berujung tumpul lainnya.
Akupunktur berperan sebagai terapi adjuvan untuk OAB dengan efek samping yang minimal. Akupunktur dapat dilakukan sebanyak 3 kali dalam seminggu selama 12 minggu.7 Stimulasi titik akupunktur memberikan informasi melalui ganglia sensorik ke sumsum tulang belakang dan melalui interneuron untuk memodulasi aktivitas neuron motorik di batang otak yang mengontrol fungsi otonom, termasuk aktivitas urogenital, seperti aktivitas otot detrusor dan sfingter.8 Beberapa studi klinis menunjukkan bahwa akupunktur dapat mengurangi gejala berkemih, episode urgensi, membantu memperbaiki gejala OAB, dengan efek samping yang minimal.
Referensi
- Haylen, B.T.; De Ridder, D.; Freeman, R.M.; Swift, S.E.; Berghmans, B.; Lee, J.; Monga, A.; Petri, E.; Rizk, D.E.; Sand, P.K.; et al. An International Urogynecological Association (IUGA)/International Continence Society (ICS) Joint Report on the Terminology for Female Pelvic Floor Dysfunction. Int. Urogynecol. J. 2010,21,5-26
- Leron E, Weintraub AY, Mastrolia SA, Schwarzman P. Overactive bladder syndrome: Evaluation and management. Curr Urol. 2018; 11:117-125
- Willis-Gray MG, Dieter AA, Geller EJ. Evaluation and management of overactive bladder: Strategies for optimizing care. Res Rep Urol. 2016; 8:113-122
- Chae J, Yoo EH, Jeong Y, Pyeon S, Kim D. Risk factors and factors affecting the severity of overactive bladder symptoms in Korean women who use public health centers. Obstetrics & gynecology science, 2018. 61(3), 404–412.
- Robinson D, Cardozo L. Antimuscarinic drugs to treat overactive bladder. BMJ. 2012; 344
- White A. Western medical acupuncture: A definition. Acupunct Med. 2009;27(1):33–5.
- Mo Q, Wang Y, Ye Y, et al. Acupuncture for adults with overactive bladder: a systematic review protocol. BMJ Open 2015;5:e006756
- Lee JJ, Heo JW, Choi TY, Jun JH, Lee MS, Kim JI. Acupuncture for the treatment of overactive bladder: A systematic review and meta-analysis. Front Neurol. 2023;13.