Artikel Kesehatan

Peran Akupunktur Pada Stunting

Sumber: www.shutterstock.com

Apakah Anda pernah mendengar istilah stunting? Menurut WHO, stunting adalah pendek atau sangat pendek berdasarkan panjang atau tinggi badan menurut usia pada kurva pertumbuhan WHO, yang terjadi dikarenakan kondisi irreversible akibat asupan nutrisi yang tidak adekuat dan/atau infeksi berulang atau kronis, dan/atau stimulasi psikososial yang tidak memadai, yang terjadi dalam 1000 hari pertama kehidupan1.

Pada tahun 2021, terdapat 24.4% (sekitar 1 dari 4) balita di Indonesia yang mengalami stunting.2 Indonesia sendiri menduduki peringkat ke-2 negara dengan prevalensi stunting tertinggi di Asia Tenggara, setelah Timor Leste.3 Percepatan penurunan stunting pada balita adalah program prioritas Pemerintah Indonesia dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMP) 2020-2024.

Beberapa faktor risiko terjadinya stunting, diantaranya: berat badan lahir rendah, tidak memperoleh ASI ekslusif selama 6 bulan, pendapatan dan pendidikan orangtua yang rendah, kurangnya asupan protein, kurangnya durasi tidur dan riwayat ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut).4

Kondisi kekurangan gizi pada masa balita dapat mempengaruhi perkembangan struktur dan fungsi otak. Menurut studi, defisiensi nutrisi yang terjadi sampai usia 2 tahun dapat mengurangi sel otak sebanyak 15-20%.5 Stunting juga mempengaruhi perkembangan fungsi motorik dan massa otot pada anak. Sebuah studi potong lintang terhadap 688 anak usia sekolah di Meksiko, menunjukkan adanya penurunan kekuatan genggaman pada anak stunting jika dibandingkan dengan anak normal dan gizi lebih. Suatu studi lainnya terhadap 7918 anak usia 6-15 tahun di Peru dan Amazon, menunjukkan penurunan kekuatan genggaman dan lompat jauh pada anak stunting.6

Stunting dapat mempengaruhi kesehatan dan tumbuh kembang anak dari kecil hingga dewasa. Dalam jangka pendek, stunting menyebabkan gangguan perkembangan otak, kecerdasan, tumbuh kembang, dan metabolisme tubuh. Sedangkan dalam jangka panjang, stunting dapat menyebabkan menurunnya kemampuan kognitif dan prestasi belajar, menurunnya kekebalan tubuh sehingga mudah jatuh sakit, sehingga menyebabkan produktivitas yang rendah. Selain itu, risiko penyakit diabetes, obesitas, penyakit jantung, kanker, dan stroke akan meningkat pada usia lanjut.6

Tata laksana stunting meliputi tata laksana medis sesuai kondisi yang mendasari, tata laksana nutrisi, tata laksana non-nutrisi, perbaikan kualitas tidur dan aktivitas fisik. Selain itu, jika terdapat penyakit penyerta pada anak stunting, diberikan pengobatan sesuai dengan indikasi.6

Akupunktur dapat berperan sebagai terapi tambahan dalam tata laksana stunting. Selain akupunktur manual menggunakan jarum filiformis, terdapat berbagai modalitas akupunktur lain yang dapat disesuaikan dengan kondisi anak seperti misalnya laserpunktur untuk anak yang takut dengan jarum. Dapat juga dilakukan terapi akupresur pada anak secara mandiri oleh orangtua atau pengasuh di rumah. Akupresur adalah salah satu jenis perawatan kesehatan yang dilakukan melalui teknik penekanan di permukaan tubuh pada titik-titik akupunktur dengan menggunakan jari atau bagian tubuh lain, atau alat bantu yang berujung tumpul dengan tujuan perawatan kesehatan.

Berbagai studi telah membuktikan bahwa akupunktur dan akupresur dapat secara efektif memperbaiki gejala anoreksia dan meningkatkan berat badan pada anak. Akupunktur dan akupresur dapat meningkatkan nafsu makan dan status nutrisi pada anak, dengan memperbaiki motilitas saluran cerna, meregulasi hormon insulin, leptin dan ghrelin untuk membantu proses penyerapan nutrisi, serta mengurangi tingkat stres dan sitokin proinflamasi. 7,8,9

Referensi

  1. World Health Organization. 2015. Stunting in a nutshell. [online] Available at: <https://www.who.int/news/item/19-11-2015-stunting-in-a-nutshell> [Accessed 13 February 2023].
  2. Kemenkes RI. 2021. Buku Saku Hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) Tingkat Nasional, Provinsi, dan Kabupaten/Kota Tahun 2021. Angewandte Chemie International Edition, 6(11), 951–952., 2013–2015.
  3. Databooks Katadata. 2021. Prevalensi Stunting Balita Indonesia Tertinggi ke-2 di Asia Tenggara. Retrieved from: https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2021/11/25/prevalensi-stunting-balita- indonesia-tertinggi-ke-2-di-asia-tenggara
  4. Sutarto, Mayasari D, Indriyani R. 2018. Stunting, faktor risiko dan pencegahannya. J Agromedicine, 5(1), 540-545. https://doi.org/10/1201/9781439810590-c34
  5. Kurniati H, Djuwita R, Istiqfani M. 2022. Tinjauan Literatur : Stunting Saat Balita sebagai Salah Satu Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular di Masa Depan. Jurnal Epidemiologi Kesehatan Indonesia, 6(2), 59-67.
  6. Kemenkes RI. 2022. Kepmenkes RI no HK.01.07/MENKES/1928/2022 Tentang Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Stunting. pp. 1–52.
  7. Lee B, Ko MM, Lee Sh, Chang GT. 2022. Acupuncture for the treatment of childhood anorexia: A systematic review and meta-analysis. Complement Ther Med, 71 (2002) 102893.
  8. Yoon SL, Grundmann O, Williams JJ, Carriere G. 2015. Novel intervention with acupuncture for anorexia and cachexia in patients with gastrointestinal tract cancers: A feasibility study. Oncol Nurs Forum, 42(2), E102-9.
  9. Wang W, Sun H, Ye Y, Shao Z, Xiao Y. 2021. Influence and Effect of Acupoint Application of Chinese Medicine on Height and Bone Age of Children with Short Stature. Evid Based Complement Alternat Med, (2021) 7459593. doi:10.1155/2021/7459593

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Upcoming Events