Peran Akupunktur pada Bayi Tabung
Infertilitas adalah masalah yang banyak terjadi pada pasangan usia subur. Infertilitas menurut WHO didefinisikan sebagai kelainan sistem reproduksi yang ditandai dengan kegagalan untuk hamil setelah 12 bulan atau lebih melakukan hubungan suami-istri tanpa kontrasepsi. Infertiltas dibagi menjadi dua yaitu infertilitas primer dan infertilitas sekunder. Infertilitas primer terjadi apabila pasangan belum pernah hamil sebelumnya, dan infertilitas sekunder terjadi apabila pasangan sudah pernah memiliki anak dan kemudian menjadi sulit memiliki anak.
Salah satu terapi infertilitas yang masih terus berkembang hingga saat ini adalah program In Vitro Fertilization (IVF). IVF atau biasa disebut dengan “bayi tabung” adalah suatu proses pembuahan ovum oleh sel sperma di luar tubuh perempuan: in vitro. Proses ini melibatkan pemantauan dan stimulasi proses ovulasi seorang wanita, mengambil suatu ovum atau sel-sel telur dari ovarium wanita itu dan membiarkan sperma membuahi sel-sel tersebut di dalam sebuah medium cair di laboratorium. Sel telur yang telah dibuahi yang disebut dengan ‘zigot’, dikultur selama 2–6 hari di dalam sebuah medium pertumbuhan dan kemudian dipindahkan ke dalam uterus, dengan tujuan menciptakan keberhasilan kehamilan.
Akupunktur merupakan salah satu modalitas terapi non-farmakologis yang dilakukan dengan penjaruman menggunakan jarum halus pada titik-titik akupunktur. Kata akupunktur berasal dari bahasa latin yang terdiri dari kata acus yang artinya jarum dan punctura yang artinya menusuk. Akupunktur telah dikenal sebagai salah satu pilihan terapi untuk gangguan sistem reproduksi seperti infertilias.
Bagaimana mekanisme akupunktur dalam memperbaiki infertilitas? Ketika jarum ditusukkan dan distimulasi di kulit dan subkutan, ujung saraf terminal mengeluarkan beberapa neuropeptida seperti neuropeptide Y (NPY), vasoactive intestinal polypeptide (VIP), substansi P, dan calcitonin gene-related peptide (CGRP), yang segera memberikan reaksi lokal berupa peningkatan mikrosirkulasi lokal. Sinyal ini kemudian ditranmisikan ke medula spinalis yang melalui refleks spinal memodulasi output simpatis menuju organ target pada area persarafan yang sama dengan penusukan jarum. Sinyal juga akan mencapai sistem saraf pusat yang lebih tinggi yang akan memberikan efek sentral. Telah diketahui perangsangan akupunktur terutama untuk mekanisme analgesia yang melibatkan β-endorfin. Sistem β-endorfinergik terlibat dalam fungsi fisiologis untuk analgesia, respon stress dan metabolisme karbohidrat. Hubungan antara β-endorfin sentral dengan fungsi reproduksi melibatkan hubungan langsung dan tidak langsung terhadap GnRH yang akan mempengaruhi LH dan FSH, yang merupakan hormon yang dibutuhkan pada sistem reproduksi wanita.
Mekanisme kerja akupunktur pada program IVF yang pertama adalah melalui opioid endogen. Akupunktur dapat meningkatkan sekresi opioid endogen, terutama β-endorfin, pada sistem saraf pusat yang kemudian akan mempengaruhi sekresi GnRH dan hormon-hormon gonadotropin,2,3 sehingga akupunktur akan membantu terjadinya ovulasi dan memperbaiki siklus menstruasi. Kedua, akupunktur dapat memperbaiki aliran darah uterus dan ovarium,4 dan mengurangi motilitas uterus, sehingga dapat membantu terjadinya implantasi embrio. Ketiga, akupunktur dapat meningkatkan imunitas dengan modulasi produksi sitokin, yang akan meningkatkan keberhasilan IVF.2,3 Dan terakhir, akupunktur dapat mengurangi kecemasan pada wanita yang sedang menjalani program IVF.6
Akupunktur dapat menjadi terapi adjuvan pada program IVF. Berdasarkan hasil tinjauan sistematis, terapi akupunktur dapat meningkatkan keberhasilan program IVF dilihat dari terjadinya peningkatan angka kehamilan wanita yang menjalani IVF.7 Terapi akupunktur pada program IVF hasilnya lebih optimal dengan menggunakan elektroakupunktur (EA), dan dilakukan sejak sebelum dimulainya stimulasi ovarium terkendali (SOT) sampai dengan transfer embrio (TE).8 Terapi akupunktur untuk menunjang program IVF dilakukan dalam tiga tahap. Tahap pertama, dilakukan saat sebelum SOT. Tahap kedua dilakukan selama masa SOT, dan tahap ketiga dilakukan pada masa TE.4,8
Daftar Pustaka
1. Cho Z, Hwang S, Wong E, Son Y, Kang C, Park T, et al. Neural substrates, experimental evidences and functional hypothesis of acupuncture mechanisms. Acta Neurologica Scandinavica. 2006;113(6):370-7.
2. Huang D-m, Huang G-y, Lu F-e, Stefan D, Robert G. Acupuncture for infertility: is it an effective therapy? Chinese journal of integrative medicine. 2011;17(5):386.
3. Anderson BJ, Haimovici F, Ginsburg ES, Schust DJ, Wayne PM. In vitro fertilization and acupuncture: clinical efficacy and mechanistic basis. Alternative Therapies in Health & Medicine. 2007;13(3).
4. Supraja L. Efek Terapi Akupunktur Terhadap Arus Darah A. Uterina Pasien Program Bayi tabung di Klinik Yasmin, FKUI RSCM. Jakarta: Universitas Indonesia; 2009.
5. Ho M, Huang L-C, Chang Y-Y, Chen H-Y, Chang W-C, Yang T-C, et al. Electroacupuncture reduces uterine artery blood flow impedance in infertile women. Taiwanese Journal of Obstetrics and Gynecology. 2009;48(2):148-51.
6. Isoyama D, Cordts EB, de Carvalho WdAP, Matsumura ST, Barbosa CP. Effect of acupuncture on symptoms of anxiety in women undergoing in vitro fertilisation: a prospective randomised controlled study. Acupuncture in Medicine. 2012;30(2):85-8.
7. Qian Y, Xia X-R, Ochin H, Huang C, Gao C, Gao L, et al. Therapeutic effect of acupuncture on the outcomes of in vitro fertilization: a systematic review and meta-analysis. Archives of gynecology and obstetrics. 2017;295(3):543-58.
8. Shen C, Wu M, Shu D, Zhao X, Gao Y. The role of acupuncture in in vitro fertilization: a systematic review and meta-analysis. Gynecologic and obstetric investigation. 2015;79(1):1-12.