Peran Akupunktur terhadap Nyeri Kanker
Nyeri merupakan keluhan yang paling sering dialami oleh pasien dengan kanker. Nyeri yang dialami pasien kanker dirasakan menjadi beban dan menjadi pengalaman yang mengerikan, tetapi harus dialami oleh pasien kanker. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa 55% pasien kanker akan mengalami nyeri selama pengobatan kanker, dan 40% mengalami nyeri selama terapi penyembuhan kanker. Nyeri yang dialami oleh pasien kanker dapat berasal dari kanker yang diderita oleh pasien, misalnya dari penyebaran dan perusakan sel kanker ke dalam sel tubuh yang sehat, serta dapat pula merupakan efek dari pengobatan yang dijalani untuk mengatasi kanker tersebut, misalnya nyeri akibat kemoterapi atau nyeri paska operasi pengangkatan kanker.1
Prevalensi tumor di Indonesia, berdasarkan data Riskesdas, menunjukkan adanya peningkatan dari 1,4 per 1000 penduduk menjadi 1,79 per 1000 penduduk pada tahun 2018. Sedangkan berdasarkan data Global Burden of Cancer Study (Globocan) dari World Health Organization (WHO) mencatat, total kasus kanker di Indonesia pada tahun 2020 mencapai 396.914 kasus dan total kematian akibat kanker mencapai 234.511 kasus.2 Hal ini memberikan gambaran bahwa nyeri kanker merupakan hal yang membutuhkan perhatian.
Pada perjalanan penyakit kanker, nyeri menjadi keluhan kronik yang terus muncul. Penanganan nyeri kanker hingga saat ini masih menggunakan terapi farmakologis dan non farmakologis. The Joint Commission American College of Physicians (ACP), National Comprehensive Cancer Network (NCCN), dan American Society of Clinical Oncology (ASCO) merekomendasikan kombinasi terapi farmakologis dan non-farmakologis dalam tatalaksana kanker. Hal ini menempatkan akupunktur sebagai salah satu terapi non-farmakologis yang diakui dalam penanganan nyeri kanker, berdasarkan penelitian berbasis bukti yang telah banyak dipublikasikan dalam literatur kedokteran barat.1
Akupunktur telah banyak digunakan dalam penanganan nyeri dan berdasarkan bukti ilmiah memberikan efek terapi yang baik. Efek anti nyeri dari terapi akupunktur diyakini berasal dari pelepasan hormon opioid dan serotonin alami tubuh.3 Sebuah tinjauan sistematis oleh Yang et al, mengemukakan bahwa terapi akupunktur efektif dan aman dilakukan pada pasien kanker dengan tujuan pengurangan nyeri maupun untuk perawatan paliatif. Penggunaan akupunktur sebagai terapi nyeri kanker dapat menurunkan penggunaan obat anti nyeri sehingga mampu menurunkan munculnya efek samping akibat penggunaan obat anti nyeri.3 Hal ini sejalan dengan tinjauan sistematis yang dilakukan oleh He et al, yang juga menemukan adanya hubungan antara penambahan terapi akupunktur dengan penurunan nyeri yang lebih baik pada pasien dengan nyeri kanker. Selain itu pada penelitian ini juga menemukan adanya penurunan skala nyeri yang lebih baik pada pasien nyeri kanker yang mendapatkan terapi akupresur, yaitu suatu metode menekan titik akupunktur dengan tangan maupun dengan alat bantu. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan efek yang sama dengan penusukan titik akupunktur menggunakan jarum, tetapi dapat dilakukan sendiri oleh pasien.4
Intervensi akupunktur awalnya menggunakan jarum dan moksibusi, tetapi seiring dengan berkembangnya jaman, modalitas teknik rangsang akupunktur pun ikut berkembang. Secara umum ada dua jenis modalitas akupunktur yang banyak digunakan. Pertama stimulasi titik akupunktur dengan menggunakan berbagai jenis jarum akupunktur baik dengan jarum filiformis, jarum piramid, jarum semi permanen, jarum intradermal, atau jarum subkutan. Metode kedua adalah dengan menggabungkan teknik akupunktur dengan alat yang lebih modern seperti elektroakupunktur, laser akupunktur, atau dengan magnet akupunktur.Lokasi pemilihan titik dalam terapi akupunktur pun sangat bervariasi bergantung dari keluhan pasien dan pengalaman dokter akupunktur. Lokasi titik akupunktur yang lazim digunakan diantaranya akupunktur telinga, akupunktur kulit kepala, akupunktur hidung, akupunktur pergelangan tangan dan kaki, serta akupunktur pada area trigger point.5
Selain memiliki manfaat yang baik untuk pasien dengan nyeri kanker, akupunktur juga dianggap aman untuk dilakukan pada pasien. Hal ini sesuai dengan laporan tinjauan sistematis oleh Yang et al, dimana dari uji klinis yang diikutsertakan pada tinjauan sistematis ini hanya ada 1 uji klinis yang melaporkan munculnya efek samping. Efek samping tersebut adalah perasaan berat pada kaki dan sensasi mengantuk yang hilang dalam 1 jam setelah terapi.3
Daftar Pustaka
1.Deng G. Integrative Medicine Therapies for Pain Management in Cancer Patients. Cancer J. 2019;25(5):343-348. doi:10.1097/PPO.0000000000000399
2.Handayani N. Kanker Dan Serba-Serbinya (Hari Kanker Sedunia 2022) [Internet]. RSP Respira. 2022 [cited 2022Jun17]. Available from: https://rsprespira.jogjaprov.go.id/kanker-dan-serba-serbinya-hari-kanker-sedunia-2022/#:~:text=Berdasarkan%20data%20Riskesdas%2C%20prevalensi%20tumor,1000%20penduduk%20pada%20tahun%202018.
3.Yang J, Wahner-Roedler DL, Zhou X, et al. Acupuncture for palliative cancer pain management: systematic review. BMJ Support Palliat Care. 2021;11(3):264-270. doi:10.1136/bmjspcare-2020-002638
4.He Y, Guo X, May BH, et al. Clinical Evidence for Association of Acupuncture and Acupressure With Improved Cancer Pain: A Systematic Review and Meta-Analysis. JAMA Oncol. 2020;6(2):271-278. doi:10.1001/jamaoncol.2019.5233
5.Lao L. Acupuncture techniques and devices. J Altern Complement Med. 1996 Spring;2(1):23-5. doi: 10.1089/acm.1996.2.23. PMID: 9395637.