Peran Akupunktur untuk Penanganan Miopia
Kemampuan penglihatan memainkan peran besar dalam setiap aspek dan tahap kehidupan karena sangat penting dalam interaksi antar individu dan sosial. Sejak lahir, penglihatan sangat penting untuk perkembangan anak. Bagi bayi, kemampuan mengenali dan merespons orang tua, anggota keluarga, dan pengasuh secara visual memfasilitasi perkembangan kognitif dan sosial serta keterampilan motorik, koordinasi, dan keseimbangan bayi. Dari masa kanak-kanak hingga remaja, penglihatan menjadi sangat penting karena berhubungan dalam proses belajar akademik dan pencapaian pendidikan. Penglihatan juga mendukung perkembangan keterampilan sosial seperti menjalin relasi dengan orang lain. Penglihatan juga penting untuk partisipasi dalam olahraga dan aktivitas sosial yang esensial untuk perkembangan fisik, kesehatan mental dan fisik, identitas pribadi, dan sosialisasi.
Besarnya peran indera penglihatan pada kehidupan seseorang gangguan pada penglihatan akan sangat mempengaruhi kualitas hidup seseorang. Terdapat berbagai macam gangguan penglihatan salah satunya adalah gangguan refraksi. Pada anak dan remaja, gangguan refraksi yang paling sering ditemui adalah miopia. Miopia atau yang lebih dikenal dengan rabun jauh merupakan kondisi mata seseorang dapat melihat objek yang dekat dengan jelas tetapi mengalami kesulitan melihat objek dengan jarak yang lebih jauh. Miopia membutuhkan perhatian khususnya setelah pandemi COVID-19 terjadi peningkatan penggunaan layar digital yang berkepanjangan di kalangan anak-anak sehingga meningkatkan insiden miopia dan memperburuk kondisi miopia.1
Berdasarkan WHO secara global pada tahun 2020 terdapat sebanyak 2.6 miliar orang menderita miopia. Prevalensi miopia pada anak-anak berusia 5–17 tahun bervariasi secara global dan tertinggi pada orang Asia (18,5%), diikuti oleh Hispanik (13,2%), Afrika-Amerika (6,6%), dan Kaukasia (4,4%). Sebuah studi melaporkan prevalensi 20 hingga 30% pada anak-anak berusia 6 hingga 7 tahun di Taiwan dan Singapura, serta hingga 84% pada siswa sekolah menengah di Taiwan.2
Tanda dan gejala yang sering dialami anak anak antara lain, anak membaca buku sangat dekat dengan wajah, sering salah mencatat saat di kelas, tidak mampu menonton dari jarak 1 meter, sering merasa sakit kepala, sedangkan pada pasien remaja sering mengeluhkan masalah penglihatan jauh yang buram. Keluhan seperti sakit kepala dan nyeri mata perlu dievaluasi untuk mendeteksi adanya kesalahan refraksi sebagai penyebabnya. Pasien dengan astigmatisme sering mengeluhkan asthenopia, yang dapat berupa sakit kepala, perubahan penglihatan sepanjang hari, penglihatan ganda sesekali, dan nyeri leher. Sering menyipitkan mata atau pergeseran bola mata dengan hilangnya penglihatan dekat adalah gejala umum yang sering diamati dalam praktik klinis.3,4
Secara umum terapi miopia terbagi menjadi dua yakni terapi non-bedah dan terapi bedah, Untuk terapi bedah salah satu tindakan yang dapat dilakukan untuk mengoreksi penglihatan adalah dengan dilakukan Laser-Assisted In-Situ Keratomileusis atau yang umum dikenal sebagai LASIK. Tindakan LASIK dapat memperbaiki miopia dengan cara mengubah permukaan kornea menggunakan laser eksimer. Sedangkan untuk pasien yang tidak dapat menjalani operasi LASIK akan dilakukan penanaman lensa didepan atau dibelakang iris.5
Terapi non bedah sering dilakukan untuk mengoreksi penglihatan adalah penggunaan kacamata dimana pemilihan lensa yang tepat adalah hal penting untuk mendapatkan koreksi yang optimal. Lensa kontak dapat menjadi solusi bebas kacamata. Akan tetapi pemakaian lensa kontak terlalu lama dapat menyebabkan komplikasi seperti hipoksia kornea, inflamasi, dan ulkus kornea yang disebabkan oleh bakteri seperti Pseudomonas.6
Deteksi dini dan pengobatan miopia dikaitkan dengan perbaikan dan koreksi penglihatan yang lebih baik, akan tetapi penanganan non bedah seperti penggunaan kacamata, lensa kontak tidak dapat mengendalikan perkembangan miopia. Akupunktur sudah lama digunakan sebagai terapi miopia di Tiongkok, melalui latihan mata telah dilakukan oleh anak anak sekolah di Tiongkok dengan cara penekanan titik akupunktur yang dapat mengurangi kelelahan mata dan memperlambat perkembangan miopia.7
Shang et al. [12] menunjukkan bahwa akupunktur mengurangi progresi miopia sebesar −0,07 D dalam perawatan selama 5 minggu. Efikasi akupunktur bergantung pada perawatan yang berkelanjutan 2 hingga 3 kali per minggu, manual akupunktur kurang dapat diterima oleh anak-anak yang memiliki beban akademis berat dan takut jarum sehingga stimulasi titik akupunktur aurikular (AAS) mungkin menjadi pilihan yang tepat untuk mencegah miopia pada anak-anak karena tindakan yang sederhana dan non-invasif.8
Penelitian lainnya yang telah dilakukan menunjukan mekanisme akupunktur pada miopia bekerja melalui peningkatan sirkulasi darah, memperbaiki suplai oksigen, dan nutrisi ke jaringan mata, khususnya otot siliaris dan retina, merelaksasi otot-otot di sekitar mata yang tegang akibat penggunaan berlebih yang memperburuk gejala miopia serta mengurangi kelelahan mata dan stres visual melalui stimulasi sistem saraf otonom.7,9
Jika anda ingin melakukan penanganan pada miopia sangat dianjurkan untuk menjalani terapi akupunktur sehingga dapat menghambat progresivitas dari miopia. Akupunktur medik saat ini tersedia di Cluster Wellness RSCM Kencana lantai 5, Poli Madya, serta Unit Rawat Jalan Terpadu lantai 3 Rumah Sakit Umum Pusat Nasional (RSUPN) Dr. Cipto Mangunkusumo.
Daftar Pustaka
1. Wong CW, Tsai A, Jonas JB, Ohno-Matsui K, Chen J, Ang M, et al. Digital screen time during the COVID-19 pandemic: Risk for a further myopia boom? American Journal of Ophthalmology [Internet]. 2021 Mar 1;223:333–7. Available from: https://doi.org/10.1016/j.ajo.2020.07.034
2. Noncommunicable Diseases, Rehabilitation and Disability (NCD). World report on vision [Internet]. 2019. Available from: https://www.who.int/publications/i/item/9789241516570
3. Gessesse SA, Teshome AW. Prevalence of myopia among secondary school students in Welkite town: South-Western Ethiopia. BMC Ophthalmology. 2020 May 4;20(1).
4. Maduka F, Okoye O, Eze B. Myopia: A review of literature. Nigerian Journal of Medicine. 2009 Aug 13;18(2).
5. Vinciguerra R, Borgia A, Tredici C, Vinciguerra P. Excimer laser tissue interactions in the cornea. Experimental Eye Research. 2021 May;206:108537.
6. Bhamra TS, Tighe BJ. Mechanical properties of contact lenses: The contribution of measurement techniques and clinical feedback to 50 years of materials development. Contact Lens & Anterior Eye: The Journal of the British Contact Lens Association [Internet]. 2017 Apr 1;40(2):70–81. Available from: https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/27884616/
7. Yu Z, Wang X, Zhao X, Li D, Duan J. The effectiveness and safety of acupuncture for patients with myopia. 2020 Jun 5;99(23):e20410–0.
8. Shang X, Chen L, Litscher G, Sun Y, Pan C, Liu CZ, et al. Acupuncture and Lifestyle Myopia in Primary School Children—Results from a Transcontinental Pilot Study Performed in Comparison to Moxibustion. Medicines. 2018 Aug 31;5(3):95.
9. Kong X, Zhao Y, Chen Z, Zeng L, Han R, Dong XQ, et al. A Randomized Controlled Trial of the Effect of 0.01% Atropine Eye Drops Combined with Auricular Acupoint Stimulation on Myopia Progression. Journal of Ophthalmology. 2021 Aug 10;2021:1–10