Terapi Akupunktur untuk Mengatasi Neuropati Pasca Odontektomi
Acupuncture Therapies for Addressing Post Odontectomy Neuropathy
Yolanda Teja, MD, Irma Nareswari, MD
ABSTRACT
Background: Third-molar extraction is a common oral surgical procedure that can cause complications. Although rare, nerve injuries that result in permanent neuropathy can occur and include a variety of complaints such as sensory disorders, taste–sensation disorders, speech articulation disorders, etc. Acupuncture is one of several nonpharmacologic therapies that has played a role in managing neuropathic lesions and has been proven to produce good results.
Case: A 44-year-old woman with postodontectomy neuropathy developed paresthesia, dysarthria, xerostomia, dysgeusia, pain in the gums and lower right jaw, a chewing disorder, and cephalgia. Her numerical rating scale (NRS) results were: lower right gum pain, 3/10; numbness of the tongue, 4/10; and headache, 1/10. A physical examination revealed dysarthria, a decreased sense of sharpness and dullness in the right mandibular nerve branches, decreased right masseter muscle contractions, and tenderness on the right GB 20 point. Electro- myography revealed partial functional lesions in the postganglion at the right fifth cranial nerve. She had body acupuncture therapy at GV 20, GB 20, ST 5, ST 6, ST 7, CV 23, LI 4, HT 5, ST 36, LU 7, and KI 6; ear acupuncture at the Parotid and Shenmen points; and treatment with the Tan Balance Method.
Results: After 3 consecutive sessions of acupuncture therapy, this patient’s symptoms were reduced. Conclusions: Acupuncture was helpful for reducing paresthesia, dysarthria, xerostomia, dysgeusia, gum and lower right jaw pain, a chewing disorder, and cephalgia in this patient with postodontectomy neuropathy. Clinical trials are needed to support the findings in this case.
Keywords: acupuncture, neuropathy, paresthesia, odontectomy, dysarthria, dysgeusia
Terapi Akupunktur untuk Mengatasi Neuropati Pasca Odontektomi
Latar Belakang: Ekstraksi molar ketiga adalah prosedur operasi bedah mulut yang umum dan dapat menyebabkan komplikasi. Meskipun jarang, cedera saraf yang mengakibatkan neuropati permanen dapat terjadi dan meliputi berbagai keluhan seperti gangguan sensoris, gangguan pengecapan, gangguan artikulasi bicara, dan lain-lain. Akupunktur adalah salah satu terapi nonfarmakologis yang telah berperan dalam mengelola lesi neuropatik dan sudah terbukti memberikan hasil yang baik.
Kasus: Seorang wanita berusia 44 tahun dengan neuropati pasca odontektomi mengalami parestesia, disartria, xerostomia, disgeusia, nyeri pada gusi dan rahang kanan bawah, gangguan mengunyah, dan sefalgia. Hasil penilaian numerical rating scale (NRS) pasien adalah: nyeri gusi kanan bawah, 3/10; kebas lidah, 4/10; dan nyeri kepala, 1/10. Pemeriksaan fisik menunjukkan adanya disartria, pengurangan sensasi rasa tajam dan kebas pada cabang saraf mandibular kanan, penurunan kontraksi otot masseter kanan, dan nyeri tekan pada titik GB20 kanan. Elektromiografi menunjukkan lesi fungsional parsial pada postganglion saraf kranial kelima kanan. Pasien mendapatkan terapi akupunktur tubuh pada titik GV20, GB20, ST5, ST6, ST7, CV23, LI4, HT5, ST36, LU7, dan KI6; akupunktur telinga pada titik Parotis dan Shenmen; dan terapi dengan metode Tan Balance.
Hasil: Setelah 3 sesi akupunktur berturut-turut, gejala pasien mengalami penurunan.
Kesimpulan: Akupunktur membantu mengurangi parestesia, disartria, xerostomia, disgeusia, nyeri gusi dan rahang kanan bawah, gangguan mengunyah, dan sefalgia pada pasien dengan neuropati pasca odontektomi ini. Uji klinis diperlukan untuk mendukung temuan pada kasus ini.
Kata kunci: akupunktur, neuropati, parestesia, odontektomi, disartria, disgeusia.