Emilia Puspitasari Winarno, Hasan Mihardja, Atikah Chalida Barasila, Stefanus Agung Budianto
From the journal Journal of Complementary and Integrative Medicine
https://doi.org/10.1515.jcim-2024-0132
Abstract
Background:ÂMyofascial pain characterized by myofascial trigger point (MTrP) is a common cause of musculoskeletal pain and the main cause of neck and shoulder pain in the working population. Thread embedding acupuncture (TEA) is a new modality that can provide long-term stimulation to prolong the same therapeutic effect as conventional acupuncture. This study aimed to determine the effect of TEA therapy on pain score, neck disability index (NDI), and pressure pain threshold (PPT) for myofascial pain in the upper trapezius muscle.
Methods:ÂThe research design in this study was a double-blind, randomized clinical trial. This study with 44 research subjects was divided into TEA group (n=22) and sham TEA group (n=22). Both groups will receive TEA therapy once using CARA brand monofilament polydioxanone thread 29Gx50 mm or sham TEA (thread removed) at one trigger point in the upper trapezius muscle which will be followed-up on 3 days, 1 week, 4 weeks, and 8 weeks post-therapy.
Results:ÂBoth groups experienced significantly reduced pain intensity and disability, also increased PPT at 3 days, 1 week, 4 weeks, and 8 weeks post-therapy (p<0.001). TEA therapy had better effectiveness in improving pain intensity at 4 weeks (p=0.007) and 8 weeks post-therapy (p=0.004), NDI scores at 8 weeks post-therapy (p=0.004), and PPT at 4 weeks (p=0.04) and 8 weeks post-therapy (p=0.002) compared to sham TEA.
Conclusion:ÂTEA reduced pain intensity and disability, and increased PPT for patients with myofascial pain in the upper trapezius muscle.
Keywords:Âmyofascial pain; neck disability index; pain intensity; pressure pain threshold; thread embedding acupuncture.
Abstrak :
Latar Belakang: Nyeri miofasial yang ditandai dengan myofascial trigger point (MTrP) merupakan penyebab umum nyeri muskuloskeletal dan penyebab utama nyeri leher dan bahu pada populasi pekerja. Thread embedding acupuncture (TEA) adalah modalitas baru yang dapat memberikan stimulasi jangka panjang untuk memperpanjang efek terapeutik yang sama seperti akupunktur konvensional. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan efek terapi TEA terhadap skor nyeri, indeks disabilitas leher (NDI), dan ambang nyeri tekan (PPT) pada nyeri miofasial di otot trapezius atas.
Metode: Desain penelitian ini adalah uji klinis acak, tersamar ganda. Penelitian dengan 44 subjek ini dibagi menjadi kelompok TEA (n=22) dan kelompok sham TEA (n=22). Kedua kelompok menerima terapi TEA satu kali menggunakan benang monofilamen polydioxanone merek CARA 29Gx50 mm atau sham TEA (benang dilepaskan) pada satu titik trigger di otot trapezius atas, dengan tindak lanjut pada hari ke-3, minggu ke-1, minggu ke-4, dan minggu ke-8 pasca-terapi.
Hasil: Kedua kelompok mengalami penurunan intensitas nyeri dan disabilitas yang signifikan, serta peningkatan PPT pada hari ke-3, minggu ke-1, minggu ke-4, dan minggu ke-8 pasca-terapi (p<0,001). Terapi TEA menunjukkan efektivitas lebih baik dalam meningkatkan intensitas nyeri pada minggu ke-4 (p=0,007) dan minggu ke-8 pasca-terapi (p=0,004), skor NDI pada minggu ke-8 pasca-terapi (p=0,004), dan PPT pada minggu ke-4 (p=0,04) dan minggu ke-8 pasca-terapi (p=0,002) dibandingkan sham TEA.
Kesimpulan: TEA menurunkan intensitas nyeri dan disabilitas, serta meningkatkan PPT pada pasien dengan nyeri miofasial di otot trapezius atas.
Kata kunci: nyeri miofasial; indeks disabilitas leher; intensitas nyeri; ambang nyeri tekan; thread embedding acupuncture.